Assalamu'alaykum ^_^

Teruntuk Siapapun Yang Merindukan Kemuliaan & Kebangkitan ISLAM

Assalamu'alaykum Warahmatullah..

Selamat Datang
Semoga Bermanfaat

7/25/11

MemBANGKITkan Peradaban Mulia dari 'Dasar Samudra'

***

DULU ada saatnya manakala peradaban islam berada pada titik puncak keemasan. Kemajuan dan kemakmuran dimana-mana; dibidang politik, sosial, sains-teknologi, dan ekonomi. Tidak ada yang memungkiri bahwa kemajuan sains-teknologi saat ini asas dan pondasinya diletakkan oleh peradaban islam. Hal ini terwujud karena adanya sinergisitas yang luar biasa antara para individu yang hidup dengan motivasi spritual, masyarakat yang maju dengan budaya rasional, serta negara dan pemerintahan yang dijalankan secara ideal dengan menggunakan akidah islam sebagai asas dan patokan utama dalam merancang kebijakan dan peraturan.


Mengenang masa keemasan peradaban islam bukanlah Romantisme sejarah. Melainkan sebuah upaya untuk menyadarkan kita bahwa kakek-nenek moyang kita adalah orang-orang hebat nan mulia. Di dalam tubuh kita mengalir darah mereka. Satu hal yang perlu diingat; Kita masih memiliki apa yang pernah membuat mereka hebat dan mulia yakni Islam.


Kemudian Muncul pertanyaan dibenak kita, mengapa peradaban tinggi yang pernah melahirkan generasi hebat nan mulia itu bisa tenggelam?, lalu apa yang dapat kita perbuat untuk mengangkat peradaban mulia tersebut dari dasar samudra agar dapat tegak kembali untuk belayar menuju tanah impian?. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada jawabannya, mari kira cari.


Indikator (hakiki) Kebangkitan Masyarakat adalah meningkatnya TARAF PEMIKIRAN. Meningkatnya taraf perekonomian dan megahnya infrastruktur tidak bisa dijadikan indikator kebangkitan. Alasanya, negara-negar Timur Tengah (Arab Saudi, Kuwait, UEA dll) perekonomian dan infrastrukturnya maju sebagaimana halnya AS dan negara-negara Eropa, akan tetapi AS dan Negara-negara Eropa mampu bangkit, sebaliknya negara-negara Timur Tengah tadi tidak mampu bangkit (buktinya mereka tetap 'terjajah'). begitu pula meningkatnya perilaku akhlak tidak pantas dijadikan sebagai tolak ukur kebangkitan. alasanya, kota Madinah saja yang termasuk salah satu kota di dunia yang perilaku akhlaknya tinggi, akan tetapi tidak bangkit. Sebaliknya kota New York yang terkenal dengan perilaku akhlaknya yang rendah, mampu menapaki kebangkitan. Kesimpulannya indikator kebangkitan adalah meningkatnya taraf pemikiran.


Kebangkitan dan Proses kebangkitan bisa benar bisa pula salah. AS dan Eropa -misalnya- adalah negara-negara yang mengalami kebangkitan, akan tetapi kebangkitanya keliru. Karena proses kebangkitannya tidak didasarkan pada asas Ilahiyah. Kebangkitan yang benar tentunya adalah peningkatan taraf pemikiran yang didasarkan pada asas Ilahiyah. Jadi kebangkitan yang benar hanya kebangkitan Islam, karena hanya islam sajalah yang asas kebangkitannya adalah asas Ilahiyah.


Metode untuk mencapai kebangkitan adalah dengan menegakkan pemerintahan yang didasarkan pada pemikiran. Bukan didasarkan pada hukum dan peraturan semata. Tidak mungkin kebangkitan bisa diraih kecuali dengan menegakkan pemerintahan dan kekuasaan atas dasar pemikiran. Dari pemikiran inilah muncul pemecahan-pemecahan praktis atas segala problematika kehidupan yang ada. Dengan kata lain dari pemikiran tersebut keluar segala bentuk hukum dan peraturan. AS dan Eropa tatkala mengalami kebangkitan, kebangkitanya didasarkan pada suatu pemikiran. Yaitu pemikiran Sekulerisme dan Kebebasan. Negeri-negeri Arab tatkala mengalami kebangkitan (dulu), kebangkitannya didasarkan pada Pemikiran Islam. Titik tolaknya tatkala diutusnya Rasulullah Saw dengan membawa risalah dari Allah. Di atas landasan ini ditegakkan pemerintahan dan kekuasaan. Negeri arab bangkit tatkala mereka meyakini dan berpegang teguh pada pemikiran islam, dan diatasnya dibangun pemerintahan dan kekuasaan.


Semua ini merupakan argumen pasti, bahwa metode untuk mencapai kebangkitan adalah dengan menegakkan pemerintahan di atas suatu pemikiran. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa menegakkan pemerintahan atas dasar pemikiran dilakukan dengan jalan Revolusi-Kudeta yakni mengambil alih kekuasaan kemudian membangun pemerintahan atas dasar pemikiran. Cara ini tidak akan mampu membangkitkan dan pemerintahan seperti ini tidak akan bertahan lama. Yang harus dilakukan adalah mendidik/memahamkan masyarakat atau mendidik/memahamkan kelompok terkuat di masyarakat dengan pemikiran yang berorientasi kebangkitan. Lebih jauh lagi pemikiran tersebut diadopsi dalam kehidupan, kemudian arah perjalanan kehidupan disandarkan pada pemikiran tersebut. Setelah proses tersebut maka bisa dibangun pemerintahan yang berlandaskan pemikiran tadi. Jika proses ini ditempuh akan tercapailah kebangkitan. Pada dasarnya kebangkitan itu bukan bertumpu pada pengambilalihan pemerintahan, akan tetapi mengacu pada suatu proses dimana terjadi penyatuan masyarakat dengan suatu pemikiran kemudian pemikiran tersebut dijadikan sebagai arah kehidupan, setelah itu dibangun pemerintahan yang dilandasi oleh pemikiran tersebut. Contoh riil dari runutan proses ini adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.


Kemajuan peradaban islam tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena islam dipraktikkan secara sinergis baik di level individu, level sosio-kultural, maupun level sistemik-struktural. Ummat ini jika ingin menapaki kebangkitan dan ingin mengawali reinkarnasi peradaban islam yang hebat nana mulia, maka mau tidak mau mereka harus menjadikan aqidah islam sebagai asas yang menjadi arahan kehidupan mereka. Di atasnya dibangun negara dan pemerintahan. Dan dengannya diselesaikan seluruh problem kehidupan. Jika ini dijalankan, maka kebangkitan pasti muncul. Ummat islam pun akan mampu menggapai puncak kegemilanganya lagi, dan mampu meraih kembali kepemimpinan dunia menggantikan hegemoni amerika.


Kasus umat islam saat ini, jika mereka menghendaki kebangkitan mau tidak mau mereka harus menjadikan pemikiran islam yang berasaskan aqidah sebagai arah kehidupan mereka. Diatasnya dibangun pemerintahan dan kekuasaan. setelah itu seluruh problematika kehidupan mereka akan mampu terpecahkan dengan hukum-hukum yang terpancar dari akidah tadi. Jika ini yang dijalankan, maka kebangkitan yang hakiki pasti akan diraihi. Dengan proses tersebut ummat inipun akan mampu menggapai puncak kegemilangannya lagi.


Demikianlah tata cara menapaki kebangkitan, tata cara Mengangkat Peradaban Mulia dari Dasar Samudra. Oleh karenanya, mari kita perjuangan.

Allahu a’lam



=====

Anak Dalam Naungan Khilafah Islamiyah

ANAK DALAM NAUNGAN KHILAFAH ISLAMIYAH

Oleh: Lajnah Maslahiyah DPP MHTI


Nasib Anak Indonesia Masih Buruk dan Mengenaskan…..

Anak pemegang estafet kepemimpinan suatu bangsa dimasa mendatang pastilah menjadi asset yang tak ternilai harganya. Baik-buruk suatu bangsa di masa datang ditentukan oleh kualitas anak-anak di masa sekarang. Indonesia sebagai negeri yang berpenduduk terbesar ke 4 di dunia, memiliki potensi anak-anak yang sangat luar biasa. Secara jumlah, struktur penduduk Indonesia yang berjumlah besar, memiliki jumlah anak yang mencakup 30 persen dari total penduduk Indonesia. Bila negara mampu mencetak mereka sebagai generasi yang berkualitas maka kemajuan negeri ini sudah di depan mata.

Namun fakta berbicara lain, nasib anak bangsa Indonesia masih sangat buruk dan mengenaskan. Gambaran ini dapat terlihat dari fakta dibawah ini:

* 5,4 juta anak Indonesia masih dalam kondisi terlantar, menurut data kementerian sosial (anataranews, com/5/7/2011);
* Jumlah anak Indonesia yang terancam putus sekolah saat ini mencapai 13 juta yang terdiri dari usia tujuh sampai 15 tahun, demikian data BKKBN Tahun 2010 (beritasore.com/4/8/2010). Ditambah lagi sedikitya 37.294 anak-anak TKI tidak mendapatkan pendidikan selama berada di negeri Jiran Malaysia (republika.co.id/20 juli 2010)

* Setiap tahun 7000 anak berurusan dengan hukum, dan 6000 org di antaranya masuk ke penjara, baik penjara anak, penjara dewasa, maupun tempat-tempat tahanan lainnya. (Hadi Supeno,2010)( Buku:Kriminalisasi Anak:Tawaran gagasan radikal peradilan anak tanpa pemidanaan, Gramedia Pustaka Utama,2010)).
* Riskesdas 2010 juga menemukan tingkat prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 17,9 persen atau diperkirakan sekitar 3,7 juta balita mengalami kekurangan gizi kurang dan gizi buruk (antaranews.com/25 jan 2011).
* Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menyebutkan sejak 2008 hingga 2010, sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa sekolah dasar (SD) kelas 4, 5, dan 6 di wilayah Jabodetabek mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sekitar 24 persen mengaku melihat pornografi melalui media komik. Selain itu, sekitar 22 persen melihat pornografi dari situs internet, 17 persen dari games, 12 persen melalui film di televisi, dan enam persen lewat telepon genggam. (vivanews.com/3/10/2010)

Kapitalisme biang Kerusakan dan Keburukan

Kelemahan manusia sebagai pembuat aturan terlihat pada kebijakan yang dikeluarkannya, saling berbenturan dan gagal menyelesaikan masalah. Kebijakan-kebijakan tersebut hanya sekedar lips servis demi membangun citra bahwa sistem ini masih bersifat manusiawi untuk menutupi kezholiman-kebobrokan dan keserakahannya. Disisi lain banyak kebijakan dan program yang dikeluarkan seakan-akan peduli terhadap anak, namun membahayakan ‘aqidah dan akhlak. Misal slogan anak Indonesia berakhlak mulia, bagaimana mungkin akan dicapai sementara situs, film, dan gambar porno, mudah diakses mereka. Bagaimana anak Indonesia bisa sehat jika menutup pabrik minuman keras dan menghabisi jaringan bisnis narkoba saja tidak mampu. Alih-alih melakukan itu semua, faktanya ternyata Negara membiarkan bisnis haram itu terjadi dan malah difasilitasi.

Hal lain, ketika hak anak untuk hidup diperbincangkan, aborsi dilegalkan. Atas nama Kehamilan yang Tidak diinginkan (aib), janin-jani hasil perzinahan diizinkan untuk dilenyapkan hak nya untuk hidup, apa bedanya dengan masa pra Islam di arab yang membunuh anak perempuan karena dianggap aib????. Bayangkan saja, secara nasional, jumlah remaja yang melakukan praktik aborsi mencapai 700-800 ribu remaja dari total 2 juta kasus aborsi (detik.com, 9/4/2009). Padahal konvensi Hak anak dan UU Perlindungan anak mengatakan anak yang berhak mendapatkan perlindungan adalah termasuk janin yang ada dalam kandungan. Fakta maraknya aborsi menggambarkan negara dan dunia Internasional tidak memberikan hak hidup secara adil pada setiap anak, buktinya 2 juta janin hasil aborsi telah dihilangkan haknya untuk hidup dalam rangka menutupi perbuatan buruk yang dilakukan oleh ibunya.. Seharusnya bukan janin yang mendapatkan hukuman tetapi orangtuanyalah yang harus dihukum karena telah berzina. Dengan demikian hak hidup bagi anak dalam sistem kapitalisme hanyalah bersifat kamuflase.

Bagaimana dengan iming-iming bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan?. Adanya kebijakan bahwa pendidikan adalah hak setiap anak dan disosialisasikan melalui program Education For All (EFA) atau Pendidikan untuk Semua (PUS) ternyata hanya bisa dirasakan oleh sebagian anak, terbukti dengan adanya anak-anak yang masih belum bisa mengakses bangku sekolah. Ditambah lagi masih ada yang putus sekolah karena tidak bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan alasan tidak ada dana. Berdasarkan UU No 23 tahun 2000 dinyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas pendidikan. Naumn nyatanya Negara telah gagal memberikan pendidikan bagi semua anak Indonesia. Meski ada yang gratis tidak semua bisa mengaksesnya. Dan bila bicara mutu maka sangat jauh dari yang diharapkan. Bahkan ada pernyataan yang mengatakan, “Bila mau mendapatkan pendidikan yang bermutu harus mau mengeluarkan biaya yang tinggi “. Ini adalah gambaran hakikat negara kapitalisme yang selalu menstandarkan segala sesuatu dengan untung-rugi atau manfaat semata.

Sekalipun negara dalam UUD pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa anak terlantar merupakan tanggung jawab negara. Kenyataannya anak-anak terlantar semaikn tahun angkanya bertambah bahkan mengenaskan. Hasil survei terakhir Kementerian Sosial pada tahun 2006 menunjukkan jumlah total anak telantar dan hampir telantar di Indonesia mencapai angka yang fantastis, yakni 17.694 juta jiwa atau 22,14 persen dari jumlah semua anak usia di bawah 18 tahun yang ada di Indonesia. Data terakhir dari kementerian sosial menyebutkan ada 5.4 juta anak di negeri ini yang terlantar pada tahun 2010.(antaranews.com/5/7/2011). Menurut Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Anak DKI Jakarta Sunarto, setiap tahun jumlah anak jalanan di Jakarta bertambah 20-40 persen. Mereka menjadi anak jalanan disebabkan karena kemiskinan (90%) sebagaimana dilansir oleht Ketua Forum Komunikasi Rumah Singgah DKI Jakarta Agusman (kompas.com/24/10/2010). Mereka tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian, dan rumah yang layak. Bahkan mereka dibiarkan melakukan perbuatan amoral yang menjijikkan (pornografi dan pornoaksi) bahkan menjadikan mereka sebagai korban dan pelaku sekaligus dari kebejatan moral tersebut. Orangtua mereka tidak difasilitasi dengan pekerjaan yang layak untuk mampu memenuhi kebutuhan pokok, selain itu orangtua tidak di bimbing untuk mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orangtua yang mendidik dan menjaga anaknya dari siksaan api neraka.

Negara, sekalipun telah menggalakkan program rumah singgah untuk anak-anak jalanan, namun program ini tidak lebih dari komoditi politik bagi pemerintah daerah untuk mendapatkan citra positif tanpa kejelasan langkah nyata untuk menuntaskan permasalahan anak-anak jalanan. Bagaimana bisa mewujudkan kota yang layak bagi anak, bila perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tidak dilakukan dengan matang bahkan lebih di dominasi memenuhi kebutuhan pemilik modal dalam penataan kota. Sudah sangat gamblang bagaimana kota lebih banyak di dominasi pembangunan fisik yang berbau kapitalistis semisal perkantoran, supermarket, mall yang menjulang tinggi.

Inilah hakikatnya Negara kapitalis yang bersikap regulator belaka yang tidak bergigi dan bertaring tajam. Tidak heran jika persoalan tidak kunjung usai. Berikutnya yang menjadi korban adalah anak-anak, generasi masa depan.

Saatnya Anak Indonesia berada dalam Naungan Khilafah…..

Rasulullah SAW sang “TELADAN MANUSIA” telah menyatakan bahwa anak merupakan buah hati dan makhluk suci. “Anak adalah ‘buah hati’, karena itu termasuk dari wangi surga” (HR Tirmidzi). Beliau telah menetapkan dan memberi contoh langsung bahwa negara lah yang menjadi penanggung jawab utama bagi semua kebutuhan rakyatnya termasuk anak. Dalam hadits riwayat Imam bukhari-muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Seorang Imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR.Bukhari dan Muslim).

Anak sebagai bagian dari masyarakat juga harus mendapatkan hak-haknya secara utuh dan benar sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Berikut adalah hak-hak anak yang wajib dipenuhi:

1. MEMPEROLEH JAMINAN HIDUP YANG BAIK KETIKA DI DALAM RAHIM DAN SETELAH LAHIR

Islam benar-benar memberikan hak hidup bagi setiap anak dengan jaminan yang pasti. Sejarah membuktikan, saat Islam datang maka kebiasaan orang Arab yang membunuh anak perempuan telah di hapus dengan turunnya wahyu Allah Swt berfirman:

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا (الإسراء: 31)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.“(Q.S. Al-Israa: 31).

Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang diantara kamu yang memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan kemudian mendidik mereka dengan sebaik-baiknya kecuali ia akan masuk surga” (HR.At-Tirmidzy dari Abu Said Al-Hudri). Dalam riwayat lain Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga.” (HR Al Bukhary).

Terhadap anak hasil perzinahan, Islam telah menghukum ibunya bukan anaknya, ini terdapat dalam kisah wanita Al-Ghamidiyah, yang datang pada Nabi bahwa dirinya hamil dari hasil zina. Nabi berkata “pulanglah sampai engkau melahirkan“. Ketika ia telah melahirkan, ia datang lagi kepada Nabi dengan membawa bayinya. Nabi berkata” Pergilah, kemudian susuilah anakmu itu sampai engkau menyapihnya“. Setelah selesai disapih, ia datang lagi kepada Nabi bersama bayi, maka Nabi menyerahkan bayi itu kepada laki-laki muslim. Setelah itu wanita tersebut dirajam (HR. Muslim).

1. HAK UNTUK MENDAPATKAN NAFKAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(يَقُوتُ مَنْ يُضَيِّعَ أَنْ إِثْمًا بِالْمَرْءِ كَفَى)

Artinya: “Seseorang dianggap berdosa jika dia tidak menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya.”[1]

أَفْضَلُ دِينَارٍ يُنْفِقُهُ عَلَى دِينَارٌ الرَّجُلُ عِيَالِهِ يُنْفِقُهُ وَدِينَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى الرَّجُلُ دَابَّتِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ عَلَى يُنْفِقُهُ وَدِينَارٌ أَصْحَابِهِ فِى سَبِيلِ اللَّهلَّهِ

Artinya: “Dinar (uang) yang paling afdhal yang diinfakkan oleh seorang laki-laki adalah dinar yang diinfakkan kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya, dinar yang diinfakkan kepada hewan tunggangannya (untuk berjihad) di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan kepada teman-temannya (yang sedang berjihad) di jalan Allah.”[2]

Bagi seorang ayah yang mampu bekerja, Islam mewajibkan untuk berusaha sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Adapun saat ayah dalam kondisi tidak mampu baik karena cacat, sakit keras atau lemah, maka kewajiban memberi nafkah berpindah kepada ahli waris atau keluarga terdekat yang mampu sebagaimana firman Allah:

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ

…Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada pada ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupanya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah karena anaknya. Dan warispun berkewajiban demikian… (TQS. al-Baqarah [2]: 233).

Saat ayah atau ahli waris atau kerabat dekat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak, Islam telah menetapkan kewajiban atas Negara. Negara memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan harta yang ada di baitul mal baik dari pos zakat, atau -jika pos zakat kosong-diambil dari pos pemasukan lainnya. Dalam pandangan Islam, Negara bertindak sebagai pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan bertanggungjawab mewujudkan kemashlahatan bagi mereka melalui penerapan hukum Islam secara kaffah. Rasulullah SAW bersabda:

الإمام راع و هو مسؤل عن رعيته

“Seorang imam seperti penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang digembalakannya” (al-hadits).

Jika baitul maal (kas negara) banar-benar kosong, maka negara akan mewajibkan pemenuhannya kepada seluruh kaum Muslim yang mampu. Firman Allah:

وفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُوم

Di dalam harta mereka, terdapat hak bagi orang miskin yang meminta-minta yang tidak mendapatkan bahagian.(TQS. adz-Dzariyat [51]: 19).

Islam juga membentuk suasana saling tolong menolong di masyarakat untuk membantu orang yang kelaparan atau fakir miskin. Rasulullah saw bersabda:

Siapa saja yang menjadi penduduk suatu daerah, di mana di antara mereka terdapat seseorang yang kelaparan, maka perlindungan Allah Tabaraka Wata’ala terlepas dari mereka. (HR. Imam Ahmad)

Tidaklah beriman kepada-Ku, siapa saja yang tidur kekenyangan, sedangkan tetangganya kelaparan, sementara dia mengetahuinya. (HR. al-Bazzar).

1. HAK UNTUK MENDAPATKAN JAMINAN KEAMANAN

Merupakan kewajiban orang tua untuk melindungi anaknya, menjaganya dari berbagai gangguan dan memberikannya rasa aman. Orang tua juga harus terus memantau keadaan anaknya dan mencarinya jika dia hilang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencari Hasan bin ‘Ali radhiallahu ‘anhu ketika dia hilang di pasar Bani Qainuqa’ dan berkata, “Dimana Laka’? Panggilkan Laka[?"

Orang tua juga tidak boleh menakut-nakuti anaknya dengan sesuatu yang bisa merusak mental dan agamanya, seperti mengancamnya dengan pisau atau perkataan kasar dan mengatakan kepadanya ketika malam datang, "Awas hantu?".

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أنْ يُرَوّْعَ مُسْلِمًا

Artinya: "Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim (yang lain)." Perkataan "Awas hantu !!!" ternyata dapat menumbuhkan rasa takut yang berlebih terhadap sesuatu yang tidak jelas. Jenis takut yang seperti ini dilarang dalam agama.

1. HAK UNTUK MENDAPATKAN PENDIDIKAN

Pendidikan dalam Islam merupakan kebutuhan dasar sebagaimana kebutuhan terhadap makan, minum, pakaian, rumah, kesehatan, dan sebagainya. Negara wajib menjamin pendidikan yang bermutu bagi seluruh warga negara secara gratis hingga perguruan tinggi . dengan fasilitas sebaik mungkin (An-Nabhani, Ad-Dawlah al-Islamiyah, hlm. 283-284). Jaminan pendidikan bagi anak-anak mereka mendapatkan hak yang sama baik mereka berasal dari keluarga yang kaya maupun yang miskin. Mereka mendapatkan pendidikan yang gratis, guru yang profesional, sarana-prasarana yang lengkap berikut biaya hidup dan fasilitas yang memadai bila mereka tinggal di asrama. Pendidikan yang mereka terima juga mencetak mereka menjadi generasi yang berkepribadian Islam, memiliki tsaqofah Islam dan menguasai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan dan negara khilafah.

Rasulullah SAW untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak di madinah telah mengambil kebijakan untuk menyediakan guru yang cukup melalui tawanan Badar dengan memberi kompensasi kebebasan bila mereka mengajarkan anak-anak muslim membaca. Begitu juga dengan apa yang dilakukan Umar dengan menggaji 3 orang guru sebanyak 15 dinar untuk mengajarkan anak-anak di madinah.

Negara juga akan memastikan apakah setiap orangtua mampu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya dengan baik. Islam telah menetapkan pendidikan seorang anak dimulai dari keluarga, rumah adalah sebagai sekolah pertama bagi anak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Tidak ada pemberian orangtua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang baik." (HR.At-Tirmidzy).

"Tuntutlah Ilmu dari buaian hingga ke liang lahat"

Peran keluarga untuk mendidik anak sangatlah besar, baik yang dilakukan oleh ayah maupun ibu semuanya telah diatur dengan jelas. Hal ini digambarkan oleh Imam Al-Ghazali, "Anak itu amanah Allah bagi kedua orangtuanya, hatinya bersih bagaikan mutiara yang indah bersahaja, bersih dari setiap lukisan dan gambar. Ia menerima setiap yang dilukiskan, cenderung ke arah apa saja yang diarahkan kepadanya. Jika ia dibiasakan belajar dengan baik ia akan tumbuh menjadi baik, beruntung di dunia dan diakhirat. Kedua orangtuanya semua gurunya, pengajar dan pendidiknya sama-sama mendapat pahala. Dan jika ia dibiasakan melakukan keburukan dan diabaikan sebagaimana mengabaikan hewan, ia akan celaka dan rusak, dan dosanya menimpa pengasuh dan orang tuanya."

Seorang ayah mendapatkan kewajiban untuk mendidik anggota kelaurga agar terhindar dari api neraka, sebagaimana firman Allah Swt:

"Wahai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu'(TQS: A-t-Tahrim:6).

Seorang ibu memilki peran yang sangat luar biasa dalam mendidik anak-anaknya, mereka adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebagaimana gambaran dari suatu syair ""Ibu ibarat sekolah, jika engkau persiapkan diri berarti engkau telah mempersiapkan suatu generasi yang kokoh dan kuat."(Hafidz ibrahim)

Sehingga orangtua dituntut untuk memiliki ilmu agar bisa mendidik anaknya dengan baik atau menyekolahkan anaknya dengan memilihkansekolah yang terbaik. Apabila ada orangtua yang tidak trampil dalam mendidik anaknya maka negara akan menyediakan berbagai fasilitas berupa kursus, latihan-latihan bahkan berbagai perlengkapan-perlengkapan yang memudahkan orangtua untuk bisa menjalankan tugasnya. Bahkan bila ada orangtua yang lalai dalam menjalankan peran mendidik ini, Islam telah mengingatkan akan ganjaran sanksi yang akan diterima oleh orangtua baik di dunia dan diakhirat. Didunia, orangtua akan mendapatkan peringatan dari negara untuk harus menjalankan kewajibannya, kalau tidak akan medapatkan sanksi tegas.

Orangtua juga tahu kapan saatnya menerapkan sanksi bagi anak saat melakukan pelanggaran sesuai dengan ajaran teladan Rasulullah SAW. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وا ضْرِبُوهُمْ عَلَيْها أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُو بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ

Artinya: "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika umur mereka tujuh tahun. Pukullah mereka jika mereka meninggalkan shalat ketika umur mereka sepuluh tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka."[3]

Hukuman yang dimaksudkan adalah hukuman yang tidak membekas di kulit dan bukan seperti yang dilakukan oleh sebagian orang ketika memukul anaknya. mereka memukul anaknya sampai berbekas di kulit, bahkan ada yang memukul anaknya sampai cacat.

Adanya pengenalan dan penerapan sanksi merupakan cara melindungi anak dari perilaku yang menyimpang dan merusak sehingga tidak merugikan dirinya dan manusia yang lainnya. Jelas ini tidak ada dalam sistem kapitalisme yang berlandaskan pada HAM, standarnya tidak jelas bahkan mengandung standar yang tidak jelas bahkan kontraproduktif antara yang satu dengan yang lainnya.

1. HAK UNTUK SEHAT

Secara umum anak memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah dan bermutu. Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Islam telah menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim). Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Muslim).

Kesehatan sebagaimana pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, termasuk anak. Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sejak berada dalam kandungan, lahir sampai dewasa. Kewajiban memelihara kesehatan anak dalam rahim dan bayi merupakan tanggung jawab seorang Ibu secara langsung dan keterlibatan ayah. Selama kandungan, ibu wajib memperhatikan asupan makan yang cukup bagi janin dengan memperhatikan kehalalan dan kethoyyibannya. Allah SWT telah berfirman:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…”(TQS:2:168)

Sedangkan saat dia lahir, anak memiliki hak untuk mendapatkan ASI, sebagaimana penjelasan dalam firman Allah SWT yang artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233).

Selama masa pemerintahan Khalifah Umar, ada kebijakan untuk memberikan upah setiap kali seorang anak selesai masa menyusui. Namun, suatu hari Umar (ra) mendengar seorang bayi menangis kemudian dia meminta kepada ibu anak itu untuk “Bertakwalah kepada Allah SWT atas bayi Anda dan rawatlah dia”. Kemudian ibu itu menjelaskan bahwa dia berhenti menyusui anaknya lebih awal agar dia bisa menerima upah dari Negara. Keesokan harinya, setelah fajar, Umar merevisi kebijakan itu dengan membayar upah pada saat kelahiran. Umar (ra) takut Allah SWT akan meminta pertanggung jawabannya dan dia berkata sambil menangis “bahkan atas bayi-bayi ya Umar!” - yang berarti bahwa ia akan diminta pertanggungjawabkan karena tindakannya merugikan anak-anak.

Pada masa Nizhamul Muluk, di Kota Ray didirikan rumah sakit bersalin terbesar untuk seluruh Persia, selain didirikan sekolah tinggi ilmu kebidanan. Para bidan desa mendapat pembinaan 2 hari dalam sepekan oleh dokter-dokter ahli kandungan. Dokter ahli kandungan yang terkenal antara lain Az-Zahrawi, Abu Raihan Albairuni (374 H) dan Bahrum Tajul Amin (380 H). Kedua sarana ini dibangun atas perintah Khalifah Harun al-Rasyid kepada al-Masawaih, dokter yang menjabat menteri kesehatan.

Ada ruangan perawatan khusus untuk anak-anak dan bayi, ruangan untuk pemeriksaan kandungan dan melahirkan. Ruangan juga dibagi berdasarkan jenis penyakit, seperti penyakit dalam, trauma dan fraktur dan penyakit menular. Pada masing-masing bagian bertugas seorang atau lebih dokter dan masing-masing tim dokter ini diketuai seorang dokter kepala. Semua dokter di rumah sakit dikepalai seorang dokter yang disebut “Al-Saur”. Para dokter ini ditugaskan secara bergiliran, pagi dan malam hari, agar mempunyai waktu istirahat yang cukup.

Semua ruangan dilengkapi dengan peralatan kedokteran dan peralatan yang dibutuhkan dokter. Rumah sakit juga dilengkapi perpustakaan yang menyediakan buku-buku kedokteran, seperti farmakologi, anatomi, fisiologi, hukum kedokteran dan berbagai ilmu lain yang terkait dengan kedokteran. Contoh rumah perpustakaan terbesar adalah perpustakaan Rumah Sakit Ibnu Tulun di Kairo, yang mengkoleksi 100.000 buku. Rumah sakit itu dilengkapi pula dengan laboratorium dan apotik yang memberikan obat berdasarkan resep dokter. Terdapat pula dapur dan berbagai ruangan lain yang dibutuhkan untuk pelayanan yang optimal. Sejumlah karyawan rumah sakit bekerja sebagai pekerja kesehatan, asisten atau dresser, servents, cleaning cervice, pembantu pasien.

5. HAK MENDAPATKAN PERLAKUAN YANG BAIK

5.1. Memperlihatkan rasa senang saat kelahiran anak

Ketika seorang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu menunjukkan rasa senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu, baik laki-laki maupun perempuan. Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang dilahirkan adalah perempuan. Perlu kita ketahui ini, rasa kebencian itu merupakan sifat jahiliah yang masih dimiliki oleh sebagian kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Qur’an tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang Quraisy di masa Jahiliah. Mereka membunuh bayi-bayi perempuan mereka yang baru dilahirkan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah dia akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah! Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)

Terkadang Allah menguji sang Ayah dan sang Ibu dengan anak yang cacat. Mereka diuji dengan kebutaan, kebisuan, ketulian atau cacat yang lainnya pada sang Anak. Orang yang paham bahwa itu adalah ujian, maka dia akan berlapang dada untuk menerimanya dan tetap merasa senang. Sebaliknya orang yang tidak paham, maka dia tidak akan senang, tidak rida bahkan terkadang bisa sampai mengarah ke perceraian atau pembunuhan sang Anak.

5.2.Memperoleh nama dengan nama yang baik

Salah satu hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik. Abul Hasan meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

“Ya Rasulullah, apakah hak anakku terhadapku?” Nabi menjawab: “Engkau baguskan nama dan pendidikannya, kemudian engkau tempatkan ia di tempat yang baik”.

“Baguskan namamu, karena dengan nama itu kamu akan dipanggil pada hari kiamat nanti,” kata Rasulullah. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Hiban).

Nama itulah yang mewakili diri anak untuk kehidupannya kelak. Oleh karena itu, janganlah salah dalam memilihkan nama. Islam telah mengajarkan agar memilih nama-nama islami dan menjauhi nama-nama yang mengandung unsur penyerupaan dengan agama lain atau penyerupaan dengan pelaku-pelaku kemaksiatan. Sudah sepantasnya seorang muslim bangga dengan nama islaminya. Pemberian nama oleh orangtua kepada anaknya merupakan do,a dan harapan yang ingin terwujud. Dengan demikian sangat baik bila memberikan nama-nama, seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdurrahim dan sejenisnya, nama-nama para nabi, nama-nama sahabat yang terkenal dll. Begitu pula untuk anak perempuan, banyak sekali nama wanita-wanita solehah, seperti: Fatimah, Khadijah, Aisyah dll.

5.3 Di aqiqah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ

Artinya: “Seorang anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari ke tujuh, diberi nama dan dicukur kepalanya.”[4]. Meskipun terjadi perbedaan pendapat di antara ulama tentang kewajiban berakikah, sudah sepantasnya sebagai seorang muslim untuk selalu berusaha mengikuti semua sunnah/ajaran nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

5.4 Mendapatkan perlakuan yang adil

Orang tua wajib berlaku adil terhadap semua anaknya. Dalilnya adalah sebagai berikut:

Suatu hari An-Nu’man bin Basyir berkata di atas mimbar, “Ayahku telah memberikanku hadiah.” Kemudian ‘Amrah binti Rahawah (Ibunya) berkata, “Saya tidak rida sampai engkau meminta Rasulullah untuk menjadi saksi.” Kemudian Ayah An-Nu’man pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata kepadanya, “Saya telah memberi hadiah kepada anakku dari istriku yang bernama ‘Amrah binti Rawahah. Dia menyuruhku untuk memintamu, Ya Rasulullah, sebagai saksi pemberian ini.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memberikan hadiah kepada semua anakmu seperti itu juga?” Ayahnya pun berkata, “Tidak.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian kepada Allah! Berbuat adillah terhadap semua anakmu.” Kemudian ayahnya pun kembali dan mengambil kembali hadiahnya.

5.5. Mendapatkan kasih sayang

Anak juga termasuk keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam. Dia adalah manusia yang memiliki hak untuk diperlakukan secara manusiawi dan tidak diperlakukan seperti hewan yang hina. Dia harus dihormati dan dihargai. Oleh karena itu, tidak dibenarkan untuk memberikan julukan-julukan atau panggilan-panggilan jelek kepadanya, seperti ucapan ‘anjing’, ‘babi’, ‘goblok’ dan sejenisnya.Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah memuliakan anak keturunan Adam, memberikan tunggangan kepada mereka di darat dan di laut, memberi rezki kepada mereka dari yang baik-baik dan mengutamakan mereka dari banyak makhluk yang telah kami ciptakan dengan suatu keutamaan.” (QS Al-sra’ : 70)

5.6 Mendapatkan hak bermain

Anak pun punya hak untuk bermain. Orang tua sudah sepantasnya memberikan waktu-waktu bermain untuk anaknya, baik di pagi, siang ataupun sore hari. Ketika waktu maghrib datang, orang tua diperintahkan untuk “memegang” anaknya dengan tidak membiarkan anaknya bermain di luar rumah sampai datang waktu ‘isya’.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Jika malam atau awal malam datang maka ‘peganglah’ anak-anak kalian. Sesungguhnya setan-setan menyebar pada saat itu. Jika waktu isya’ telah masuk maka biarkanlah mereka.”[4]Setelah waktu isya’ datang tidak sepantasnya anak-anak bermain, karena waktu itu adalah waktu tidur dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bersenda gurau pada saat itu.

Orang tua juga harus memperhatikan jenis permainan anaknya, jangan sampai dia bermain dengan permainan yang mengandung unsur dosa, seperti: adu kelereng dan kartu (yang mengandung unsur perjudian), memanah ayam atau sejenisnya dll. Orang tua sebaiknya memilihkan permainan yang bermanfaat untuk diri anaknya kelak dan mengandung unsur pembelajaran. Orang tua juga harus memperhatikan dengan siapa anaknya bergaul dan bermain. Anak-anak sangat mudah menerima rangsangan orang-orang di sekitarnya. Syaikh ‘Abdulmuhsin Al-Qasim[5] berkata, “Sifat manusia adalah cepat terpengaruh dengan siapa dia bergaul (berinteraksi).

5.7 Memperlakukan anak yatim dengan baik

Islam tidak memperbolehkan kaum muslimin mengabaikan keberadaan anak yatim. Ia adalah aset umat yang harus diselamatkan dan dipelihara agar tidak menderita. Allah telah menyiapkan kemuliaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat bagi orang yang merawat anak-anak malang ini. Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Aku dan orang-orang yang menanggung anak yatim, berada di surga seperti ini (lalu beliau mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, seraya memberi jarak keduanya).” (H.R. Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi). Dalam Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan untuk memperhatikan anak yatim. Dari mulai anjuran untuk memperlakukan dengan lembut, menyisihkan harta, mendidik, hingga merawat serta membesarkan mereka.

Rasulullah SAW melaksanakan langsung praktek memperlakukan anak yatim dengan baik, sebagaimana dikisahkan dalam shiroh Rasulullah SAW:

Di pagi hari yang cerah, Rasulullah Saw. bersama istrinya (Aisyah r.a.) hendak melaksanakan shalat Idul Fitri di lapangan. Di jalan, mereka melihat seorang bocah murung di tengah kerumunan anak-anak yang ceria merayakan datangnya Idul Fitri. Bocah murung tersebut terlihat termenung dengan penampilan kucel dan pakaian lusuh.

Rasulullah Saw. (yang tidak tega melihat bocah tersebut) mendekat seraya berkata (sambil mengusap kepala sang bocah), “Wahai bocah, kenapa wajahmu tampak bersedih padahal disekelilingmu banyak anak-anak yang begitu bahagia merayakan Idul Fitri?” Bocah tersebut diam sejenak dan meneteskan air matanya sebelum menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana diriku tak bersedih? Ketika teman-temanku bergembira ria merayakan Idul Fitri, aku tidak punya siapa-siapa. Wahai Rasulullah, aku hanyalah sebatangkara. Aku tak memiliki ibu yang dijadikan tempat mengadu. Ayahku pun sudah tiada. Hidupku tak menentu. Aku hanya mengharapkan belas kasihan Allah sebagai Tuhan pemberi rezeki. Terkadang aku tak mendapatkan makanan satu atau dua hari. Aku hanya mengharapkan uluran tangan para dermawan untuk mendapatkan sesuap makanan.”

Mendengar rintihan hati sang bocah, Rasulullah berkata sambil meneteskan air mata, “Wahai anak yang malang, maukah engkau tinggal bersama kami? Maukah engkau aku jadikan sebagai anakku? Dan maukah engkau menjadikan Ummul Mukminin sebagai ibumu?” Mendengar jawaban Rasulullah, spontan bocah tersebut berubah wajahnya menjadi berseri-seri. Harapan hidupnya sudah terbuka. Dirinya tidak merasa sendiri lagi. Bergantilah air mata sedih menjadi air mata kegembiraan.

Pemeliharaan dan pembinaan anak yatim bukan hanya sebatas pada hal-hal yang bersifat fisik semata, seperti makanan, minuman, dan pakaian. Pembinaan yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah psikisnya, seperti memberikan perhatian, kasih sayang, perlakuan lemah lembut, bimbingan akhlak, dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran, Allah Swt. berfirman,:

“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.” (Q.S. Adh-Dhuha [93]: 9).

Dalam ayat lain ditegaskan,

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.” (Q.S. Al-Maa’uun [107]: 1-2)

Artinya, kewajiban memberikan kasih sayang, pengajaran sopan santun, dan segala perlakuan yang baik berbanding lurus dengan kewajiban pemberian materi. Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita untuk memperlakukan anak yatim dengan baik.

Dengan demikian hanya dalam naungan Khilafah Islamiyah sajalah anak-anak Indonesia termasuk anak-anak di dunia mampu menjalani kehidupannya dengan bahagia, ceria, menyenangkan dan berkualitas, karena adanya jaminan yang pasti dari Allah SWT. Sekarang “Saatnya setiap kaum muslimin yang memiliki kepedulian untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi anak-anak sudah selayaknya mengambil Islam dan Khilafah sebagai diin dan sistem yang sempurna dan menjanjikan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh alam”.

Berfikir Dan Bersyukur

Berpikir dan Bersyukur,

Artinya, kita harus mengingat karunia ALLAH SWT yang telah diberikan kepada kita. Karunianya melimpah ruah dari segala penjuru untuk diri kita. Firman ALLAH SWT yang artinya,


" Dan jika kamu menghitung-hitung karunia ALLAH, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya." (QS>An-Nahl: 18)


Badan yang sehat, tempat tinggal yang aman, makanan, pakaian, udara dan air. Pendek kata, kita memiliki dunia tapi tidak menyadarinya. Kita menguasai kehidupan, tapi kita tidak tahu. ALLAH SWT berfirman yang artinya,


" Dan Dia(ALLAH) telah menyempurnakan karunia_NYA untukmu lahir dan batin." (QS. Luqman: 20)


Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir dan dua kaki. Manakah karunia ALLAH yang kita dustakan? Apakah kita berpikir mudah jika kita berjalan dengan kaki yang buntung atau bertumpu pada betis yang putus? Apakah kita menganggap sepele ketika kita bisa tertidur pulas, sementara pelbagai penyakit membuat orang tidak bisa tidur nyenyak. Atau ketika kita menjejali perut kita dengan makanan yang mengundang selera dan meneguk air yang dingin, sementara ada orang yang mengalami kesulitan makan dan minum akibat penyakit yang dideritanya. apakah kita tidak menyadarinya?


Berpikirlah ketika pendengaran kita tidak tuli. Renungkanlah penglihatan kita ketika kita tidak buta. Pandanglah kulit kita ketika kita bebas dari penyakit belang dan kusta. Dan perhatikan lah akal yang di berikan oleh ALLAH SWT kepada kita ketika kita tidak gila atau idiot.


Maukah penglihatan kita ditukar dengan emas sebesar gunung? Tertarik kah kita bila pendengaran kita di tukar dengan perak sebesar bukit? Sanggupkah kita membeli istana Az-Zahra' dengan lidah kita, lalu kita menjadi bisu? Siapkah kita menukar tangan dan kaki kita dengan mutiara dan intan, lalu kita menjadi buntung?


Kita dikelilingi dengan karuania yang banyak dan anugerah yang besar, tetapi kita tidak tahu. Kita menjalani hidup dengan gundah gulana, galau, sedih dan kalut, padahal kita memiliki roti yang hangat, air yang segar, tidur yang nyenyak dan badan yang bugar. Kita suka memikirkan apa yang hilang dan tidak bersyukur atas apa yang jelas-jelas ada dihadapan kita. Kita shock ketika kehilangan harta benda, padahal kita memiliki kebahagiaan dan kekayaan yang luar biasa; berupa kebaikan, bakat, kenikmatan dan barang.


Berpikir dan bersyukurlah. ALLAH SWT berfirman, artinya


" Dan pada dirimu sendiri, apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyaat: 21)


Berpikirlah tentang diri kita, keluarga kita, pekerjaan kita, kesehatan kita, teman-teman kita dan dunia di sekitar kita. ALLAH SWT memberikan sindiran di dalam firman-NYA


" Mereka mengetahui karunia ALLAH, kemudian mereka mengingkarinya." (QS. An-Nahl: 83)

Yakinlah! Setiap Kesulitan Pasti Mendatangkan Yang Lebih Baik

Hidup memang medan ujian. Setiap kita pasti mengalami kondisi buruk dan sempit sebagai bagian dari kehidupan. Tapi ujian kesempitan itu tidak berarti sebagai beban, hukuman atau kesulitan yang tak mempunyai arti di sisi Allah swt. Ujian yang di alami setiap hamba Allah swt, sebenarnya salah satu bentuk kebaikan Allah swt. Korelasi ujian dan kebaikan Allah swt itu jelas dipaparkan Rasulullah saw, “Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya maka Dia menimpakan cobaan kepadanya.” (HR Bukhari)


Berikut adalah beberapa alasan agar kita yakin setiap kesulitan pasti beriring kemudahan. Dan setiap kesempitan pasti mendatangkan yang lebih baik.


1. Lebih baik karena bisa mendatangkan lipatan pahala.


Musibah, ujian dan kesulitan dalam hidup ini sebenarnya syarat agar kita bisa meraih sesuatu yang lebih baik, antara lain mendapatkan lipatan pahala dari Allah swt. Berbeda dengan kenikmatan, kesempitan adalah sesuatu yang tidak disukai hawa nafsu. Berat rasanya saat menghadapi kondisi musibah dengan kerugian yang tak mungkin dilukiskan. Tapi jika seseorang mampu bersabar menghadapi kesulitan dengan melawan kehendak hawa nafsunya, berarti dia mampu menahan diri dalam kondisi sulit, maka Allah awt akan mengganjarnya dengan surga. Sesungguhnya surga hanya bisa di raih dengan sesuatu yang tidak disukai hawa nafsu manusia. Rasulullah saw bersabda, “Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu) dan sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Surga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu) dan sedangkan neraka itu dikelilingi dengan hal-hal yang disukai hawa nafsu.(HR. Bukhari dan Muslim)


Kesabaran dan keridhaan kita menerima musibah adalah kunci untuk membuka pintu surga, dan tidak ada baladan bagi orang yang bersabar dan ridha menerima takdir Allah melainkan surga. Allah swt berfirman dalam hadits Qudsi, “Tiada suatu balasan yang lebih pantas di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa seseorang yang disayangi-nya dari penghuni dunia ini kemudian dia bersabar atas hal itu melainkan surga.” (HR. Bukhari)


Saat kita dilanda musibah apapun bentuknya, ketika kita terbaring sakit, merasakan kesempitan hidup, terluka, terdzalimi, kehilangan orang yang dikasihi, ingatlah bahwa Allah swt sedang menganugerahkan bentuk cinta-Nya kepada kita. Renungkanlah hadits Rasululullah saw, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung seberapa beratnya ujian, Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapatkan keridhaan, dan barangsiapa yang murka (tidak ridha menerima cobaan dan ujian itu), maka dia mendapat kemurkaan.” (HR. At Tirmizi)


2. Lebih baik karena bisa menghapuskan dosa.


Kesempitan, rasa sakit secuil apapun bagi seorang Mukmin pasti memberi efek kebaikan pada dirinya. Rasulullah saw menyebutkan, bahwa semua rasa sakit yang dialami seorang Muslim bisa menaikkan derajat orang tersebut di sisi Allah swt, dan menghapuskan kesalahan orang tersebut. Perhatikanlah sabdanya, “Tiadalah seorang Muslim tertusuk duri atau yang lebih dari sekedar itu, melainkan ditetapkan baginya karena hal itu satu derajat dan menghapus pula satu kesalahan karena hal itu.” (HR. Muslim)


Lihatlah sabda Rasulullah saw lain, yang menyebutkan, “Bencana selalu menimpa seorang Mukmin dan Mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga dia bertemu dengan Allah, dalam keadaan tidak memiliki kesalahan.”(HR. At Tirmizi, Ahmad dan Al Hakim). Rasulullah saw juga bersabda, “Tiada seorang mukmin yang mengalami kesusahan terus menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan, bahkan sampai kepada kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan hal itu dosa-dosanya.” (HR Muslim)


Tiada seorang mukmin yang mengalami kesusahan terus menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan, bahkan sampai kepada kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan hal itu dosa-dosanya.(HR Muslim)


Bahkan boleh jadi kita dalam catatan takdir termasuk orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah swt, dan kita tidak mungkin bisa mencapai derajat mulia dan tinggi itu kecuali setelah kita mendapatkan kesulitan dan kesempitan. Kita juga tidak bisa mengandalkan amal ibadah yang dilakukan untuk bisa mendapatkan posisi terhormat di sisi Allah, karena ibadah yang selama ini kita lakukan tidak lah cukup untuk membawa kita pada kedudukan mulia itu. Lalu, Allah swt memberikan ujian, cobaan berupa kesempitan dan kesulitan yang bisa mengantarkan kita pada keridhaan Allah swt.


Terkadang, ujian itu juga datang melalui beragam tantangan dan pengorbanan yang kita lakukan di jalan Allah swt, yang tidak habis-habis. Lalu kita bersabar dan tetap berprasangka baik kepada Allah swt, dan hal itulah yang menyebabkan kita mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah swt. Perhatikanlah baik-baik keterangan terkait hal ini dari hadits yang disampaikan Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tiada suatu amal apapun yang bisa menghantarkannya ke kedudukan tersebut, maka Allah memberikan cobaan kepadanya secara silih berganti dengan sesuatu yang tidak dia sukai, sehingga Allah mengantarkannya untuk sampai kepada kedudukan tersebut.” (HR. Abu Ya’la, Ibnu Hibban Al-Hakim)


3. Lebih baik karena bisa menambah keimanan, ketundukan dan kepasrahan pada Allah.


Al-Qur’an menyebutkan manusia mempunyai karakter zaluumun kaffar, yakni zalim dan kufur terhadap nikmatbAllah swt. Banyak di antara kita yang lupa menjalani kewajiban bersyukur kepada Allah swt, meski telah diberikan guyuran kenikmatan yang banyak. Malah justru yang sering dirasakan manusia adalah, menganggap diri sendiri selaku orang yang paling berat masalahnya, paling berat beban hidupnya, paling sulit kondisinya. Kita kerap merasakan mendapat musibah, kesulitan, ujian yang sungguh berat, tapi melupakan ragam kenikmatan, kemudahan, dan kemurahan Allah swt yang sangat jauh lebih banyak. Dan kenikmatan, kemudahan serta kemurahan itu bisa dirasakan ketika kondisi sudah berubah menjadi sebaliknya.


Kenikmatan dan kemudahan sering memancing diri untuk bersikap sombong, angkuh, bangga dan ujub lantaran seseorang merasa ia bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Namun dengan adanya musibah dan ujian yang Allah swt berikan, maka penyakit-penyakit hati seperti itu bisa sirna, lalu jiwa menjadi bersih karena rahmat dan karunia Allah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hati dan ruh bisa mengambil pelajaran yang bermanfaat dari penderitaan dan penyakit, kebersihan hati dan ruh itu tergantung sejauh mana penderitaan jasmani dan kesulitannya.” Lebih lanjut ia mengatakan, “Kalau bukan karena cobaan dan musibah di dunia ini, niscaya manusia terkena penyakit hati seperti: al kibr (kesombongan), al ujub (bangga diri), dan al qaswah (keras hati). Padahal sifat-sifat itulah uang menyebabkan kehancuran bagi seseorang di dunia dan di akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah, shingga dirinya terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga kemurnian ubudiyyahnya (kepada Allah). Mahasuci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” (Tuhfatul Mariidh/25)


Maka, harusnya kesulitan dan musibah mendorong kita lebih merasakan kekerdilan di hadapan Allah swt. Ketika itulah kita lebih mendalami makna ketundukan, kepasrahan dan ketawakkalan kepada Allah swt. Terbitlah kembali sinar keimanan dalam diri kepada Allah swt. Hangatlah jiwa dengan kedekatan kepada Allah swt. Jika itu terjadi, sesungguhnya ketika itulah rahmat Allah swt turun kepada orang tersebut. Allah berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami timpa mereka dengan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya merka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk dan merendahkan diri.” (QS. Al An’am:42)

Untukmu Saudariku


Ku Titip Surat Ini Untukmu Ukhti......


oleh Khayla Iffat Luthfiyah Alhanun



Ini adalah sepucuk surat buat segenap ukhti yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir. Buat segenap wanita… baik sebagai ummi, ukhti, istri maupun binti…yang oleh Allah Ta’ala telah diberi amanah memelihara tanggung jawabnya masing-masing… niscaya di hari kiamat kelak akan menanyakan apa yang menjadi tangggung jawab anti semua.

Buat segenap remaja putri yang mengimani Allah… buat siapa saja yang hari ini menjadi ukhti… kemudian esok bakal menjadi istri dan selanjutnya menjadi ummi.



Wahai wanita yang mengimani Allah swt sebagai Rabb-nya, Islam sebagai dien-nya dan Nabi Muhammad saw sebagai nabi serta rasulnya. Mudah-mudahan engkau pernah membaca seruan nan luhur dari Allah swt: “Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan suara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap berada di dalam rumahamu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya… (Al Ahzab: 32-33)



Itulah seruan Allah swt kepada siapa saja yang memahami firman-Nya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan wanita yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan barang saiap yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat dalam kesesatan yang nyata. (Al Ahzab: 36)





Wahai ukhti… bacalah dan jangan terperdaya. Engkau hidup di zaman dimana kehinaan telah menguasai keutamaan. Karena itu berhati-hatilah terhadap model-model busana menyolok para wanita telanjang, model-model yang menjadi salah satu penyebab kejahatan dan kerusakan.



Wahai ukhti… janganlah engkau terperdaya oleh para dajjal, turis-turis yang menyerukan tabarruj dan buka-bukaan. Mereka adalah musuh-musuhmu wahai putri Islam-khususnya- dan musuh para kaum muslimin pada umumnya.

Wahai ukhti… sebenarnya Allah swt telah menurunkan ayat-ayatNya yang telah jelas, supaya dengan melaksanakan tuntunan-tuntunan syari’at yang ada di dalamnya, engkau menjadi terpelihara dan tersucikan dari kotoran-kotoran jahiliyah yang hari ini, musuh-musuh Islam, para penyeru kebebasan, berusaha keras untuk sekali lagi mengembalikan kaum wanita ke abad jahiliyah dengan bersembunyidi bawah cover Peradaban, Modernisasi dan Kebebasan.



Namun sebenarnya orang-orang gila itu lupa dan tidak pernah memperhatikan bahwa wanita muslimah tidak mungkin akan dapat menerima pembebasan dirinya lepas dari pengabdiannya kepada rabb-Nya untuk kemudian jatuh menjadi mangsa bagi budak-budak tentara iblis.



Wahai putri Islam…para penyeru tabarruj dan buka-bukaan amat berambisi untuk melepaskan hijabmu, mereka berlomba-lomba ingin mengeluarkanmu dari rumah-rumahmu dengan dalih emansipasi.



Sayang seribu kali sayang, ternyata banyak wanita yang telah keluar rumah dengan pakaian yang menampakan ketelanjangannya (berpakaian tapi telanjang). Mereka berjalan berlenggak-lenggok, sanggul kepalanya seperti punuk onta, menggugah kelelakian kaum lelaki dan membangkitkan letupan-letupan nafsu seksual yang mestinya terpendam.



Wahai putri fitrah… janganlah engkau tertipu dengan semboyan peradaban yang sebenarnya hanya akan menjajakan wanita sebagai barang dagangan yang ditawarkan kepada siapa saja yang menghendakinya. Jangan pula engkau tertipu dengan tipu daya yang tak tahu malu. Allah swt berfirman: “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia yang ada di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh, tidaklah mereka mengikuti melainkan hanya persangkaan belaka dan tidaklah mereka melainkan hanya berdusta. (Al An’am: 116)



Pada busana sebatas lutut engkau bergegas..?

Demi Allah, sungai manakah yang kan engkau seberangi..?

Seolah pakaian masih panjang di pagi hari

Namun kian tersingsing saat demi saat

Engkau sangka kamu laki-laki itu tanpa rasa..?

Sebab engkau mungkin tak lagi punya rasa .?

Tidak malukah engkau terhadap pandangan-pandangan mata itu..?

Aduhai ukhti… ! bacalah dan jangan terperdaya! Malukah engkau untuk bertaqwa dan berbusana iman..? Sementara engkau tiada malu untuk bertabarruj dan buka-bukaan..?



Wahai ukhti…, adakah akan merugikanmu penghinaan kaum juhala (orang-orang yang bodoh) itu selama kita berada di atas al haq sedang mereka di atas al bathil..?



Tidakkah engkau dengar firman Allah swt: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya di dunia menertawakan orang-orang yang beriman. Dan bila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka mereka saling mengedip-edipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali dengan gembira. Dan jika mereka melihat orang-orang mukmin mereka berkata: ‘Sungguh mereka itu benar-benar orang yang sesat’, padahal orang-orang yang berdosa itu tiada dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang–orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Al Muthafifin: 29-36)



Wahai ukhti… siapa yang kelak tertawa di akhirat niscaya dia akan banyak tertawa.

Atau engkau pernah berfikir bahwa hijabmu itu akan menghalanginya untuk mendapatkan seorang suami..?



Hai ukhti… Demi Allah! Pikiran itu hanyalah waswasah (bisikan) syetan.

Tidakkah engaku tahu bahwa Allah telah menetapkan bagi wanita pasangannya masing-masing..? Maka karena itu dengarkan firman-Nya: “Perempuan-perempuan buruk (jahat) untuk pasangan laki-laki yang buruk (jahat). Laki-laki yang buruk untuk pasangan perempuan-perempuan yang buruk pula. Dan perempuan-perempuan yang baik untuk pasangan laki-laki yang baik untuk pasangan perempuan-prempauan yang baik.” (An Nur: 26)



Oleh sebab itu mestinya engkau jangan ridha kecuali jika menjadi pedamping seorang suami yang baik, yang berpegang teguh pada ajaran diennya dan selalu merasa diawasi oleh RabbNya.



Suami seperti inilah yang engkau bakal merasa aman bagi jaminan hidup masa depanmu. Lihatlah! Di sana banyak sekali putri-putri sebangsamu yang terjebak dalam tipu daya kehidupan Romantisme dan Cinta menyesatkan. Ternayata banyak di antara mereka kemudian gagal dalam menempuh jalan hidupnya…. Begitu tragis.



Allah berfirman swt: “…Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah swt. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah swt dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah swt niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar”.



“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At Thalaq: 2-3)



Tapi bagaimanakah engkau sanggup berbusana seperti ini di tengah musim panas dan teriknya sengatan matahari..?

Wahai putri fitrah… sesungguhnya di dalam iman terdapat rasa manis bagi jiwadan rasa tentram bagi dada. Kalau engkau tahu bahwa neraka jahannam itu lebih panas niscaya segala rasa panas dunia akan, menjadi ringan bagimu.



Ketahuilah, sungguh seringan-ringannya orang yang disiksa di neraka pada hari kiamat aialah seseorang yang di bawah telapak kakinya diletakkan sepotong ‘bara’ dari api neraka, tetapi dari sepotong bara di bawah kakinya itu kan mendidih otaknya…



Waspadalah akan godaan-godaan syetan. Dengan demikain apakah gerangan yang menyebabkanmu berpaling dari seruan Alloh? Dunia dan perhiasannyakah …?



Bacalah firman-Nya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permaianan, perhiasan dan bermegah-megahan anatar kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak seperti hujan yang tanam-tanamannya itu mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihat warnanya menjadi kuning kemudian manjadi hancur. Dan akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunaan dari Alloh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenagan yang menipu.” (Al Hadid: 20)



Atau adakah engkau kini sedang bergembira ria dengan para pemuda dan dengan dunia kecantikan, seraya engku berkata: “Nantilah saya akan berhijab kalau umurku sudah tua”..?



Ketahuilah semoga Allah swt menunjuki kita semua- bahwa apa yang engku gembirakan itu adalah nikmat Allah sebab; “Apa-apa yang ada padamu dari suatu nikmat maka ia adalah datangnya dari Allah.” (an Nahl: 53)



Mestinya engkau wajib bersyukur kepada Allah swt dengan cara mentaati-Nya.

betapa banyak remaja yang hari-harinya penuh tawa…

padahal kain-kain kafan t’lah siap untuknya

sedang ia tak mengira betapa banyak temanten putri dihias ‘tuk sang suami tiba-tiba nyawa melayang di malam taqdir.



Wahai ukhti… kembalilah segera kepada nilai-nilai dan prinsip Islam, niscaya harga diri dan kehormatanmu akan terjaga di hadapan siapa saja. Angkatlah kemuliaanmu wahai ukhti dengan cara menutup aurat dan berhijab. Semoga Allah swt memberi taufik kepada kita semua untuk bisa melakukan apa yang dicintai dan diridahi-Nya. Akhirnya akau memohon pada Allah swt agar Ia menjadikan amalan kita ikhlas karena wajah-Nya.



~* Wallahu'alam Sishowab *~

Renungan Kehidupan

Setelah sholat malam…, ditengah keheningan malam…coba diri ini merenung…tentang :



1.Kepala kita! Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba yang tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia?



2. Mata kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?



3. Telinga Kita! Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan utk mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?



4. Hidung Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak yatim piatu yang sangat kehilangan kedua orangtuanya dan sangat mendambakan cinta bunda dan ayahnya?



5. Mulut kita! Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?



6. Tangan Kita! Apakah sudah kita gunakan utk bersedekah kepada dhuafa, membantu sesama yang kena musibah, membantu sesama yang butuh bantuan, mencipta karya yang berguna bagi ummat atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta orang yang tak berdaya?



7. Kaki Kita! Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermanfaat, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?



8. Dada Kita! Apakah didalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?



9. Perut kita! Apakah didalamnya diisi oleh makanan halal dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal sehingga semua terasa nikmat dan barokah. Atau didalamnya diisi oleh makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, dengan segala ketamakan dan kerakusan kita?



10. Diri kita! Apakah kita sering tafakur, tadabur, dan selalu bersyukur atas karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????/

Ciri-Ciri Akhwat Genit

Berpakaian yang mengundang pandangan

Mungkin ia memakai jilbab lebar, gamis, namun jilbab dan busana muslimah yang digunakannya dibuat sedemikian rupa agar menggoda pandangan para ikhwan. Warna yang mencolok, renda-renda, atau aksesoris lain yang membuat para pria jadi terpancing untuk memandang.


Senang dilihat

Akhwat genit, senang sekali bila banyak dilihat oleh para ikhwan. Maka ia pun sering tampil di depan umum, sering mencari-cari perhatian para ikhwan, sering membuat sensasi-sensasi yang memancing perhatian para ikhwan dan suka berjalan melewati jalan yang terdapat para ikhwan berkumpul.


Kata-kata mesra yang ‘Islami’

Seringkali akhwat-akhwat genit melontarkan ‘kata-kata mesra’ kepada para ikhwan. Tentu saja kata-kata mesra mereka berbeda dengan gayanya orang berpacaran, namun mereka menggunakan gaya bahasa Islami.


“Jazakalloh yach akhi”


“Akh, antum bisa saja dech”


“Pak, jangan sampai telat makan lho, sesungguhnya Alloh menyukai hamba-Nya yang qowi”


“Kaifa haluka akhi, minta tausiah dunks…”


“Akh, besok syuro jam 9, jangan mpe telat lhoo..”


SMS tidak penting

Biasanya akhwat-akhwat genit banyak beraksi lewat SMS. Karena aman, tidak ketahuan orang lain, bisa langsung dihapus. Ia sering SMS tidak penting, menanyakan kabar, mengecek shalat malam sang ikhwan, mengecek shaum sunnah, atau SMS hanya untuk mengatakan “Afwan…” atau “Jazakalloh”


Banyak bercanda

Akhwat genit banyak bercanda dengan para ikhwan. Mereka pun saling tertawa tanpa takut terkena fitnah hati. Betapa banyak fitnah hati, VMJ, yang hanya berawal dari sebuah canda-mencandai.


Tidak khawatir berikhtilat

Ada saat-saat dimana kita tidak bisa menghindari khalwat dan ikhtilat. Namun seharusnya saat berada pada kondisi tersebut seorang mu’min yang takut kepada Allah sepatutnya memiliki rasa khawatir berlama-lama di dalamnya. Bukan malah enjoy dan menikmatinya. Demikian si akhwat genit. Saat terjadi ihktilat akhwat genit tidak khawatir. Bukannya ingin cepat-cepat keluar dari kondisi tersebut, akhwat genit malah menikmatinya, berlama-lama, dan malah bercanda-ria dengan pada ikhwan laki-laki di sana.


Berbicara dengan nada

Maksudnya berbicara dengan intonasi kata yang bernada, mendayu, atau agak mendesah, atau dengan gaya agak kekanak-kanakan, atau dengan gaya manja, semua gaya bicara seperti ini dapat menimbulkan ‘bekas’ pada hati laki-laki yang mendengarnya. Dan ketahuilah wahai muslimah, hal ini dilarang oleh syariat. Allah SWT berfirman yang artinya: “Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32) Para ulama meng-qiyaskan ‘merendahkan suara’ untuk semua gaya bicara yang juga dapat menimbulkan penyakit hati pada lelaki yang mendengarnya.


Maka mari sama-sama kita perbaiki diri. Kita tata lagi pergaulan kita dengan lawan jenis. Karena inilah yang telah diperintahkan oleh syariat. Dan tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu kebaikan. Dan tidaklah Allah melarang sesuatu kepada hamba-Nya, kecuali itu keburukan. Dan sesungguhnya Rasulullah SAW telah mewasiatkan kepada ummatnya bahwa fitnah (cobaan) terbesar bagi kaum laki-laki adalah cobaan syahwat, yaitu yang berasal dari wanita: ”Tidaklah ada fitnah sepeninggalanku yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki selain fitnah wanita. Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah disebabkan oleh wanita.” (HR. Muslim)


"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (TQS. Al Hadiid: 22)

Wallahua'lam

Al Qur'an Menjawab

Kita Bertanya

Siapa Penyejuk hati?

Al-Quran Menjawab..

Penyejuk Hati ialah insan yang HATINYA

LUHUR..


Kita Bertanya..

Siapa hatinya LUHUR?

Al-Quran Menjelaskan..


Hati Yang LUHUR ialah hati yang

Selalu berniat SUCI..


Kita Bertanya?

Siapa yang hatinya berniat SUCI?


Al-Quran Menghuraikan..

mereka yang berniat SUCI ialah..


................................................................................


Dalam jiwanya Hanya ada ALLAH..

Perilkakunya hanya karena ALLAH..

Hidupnya hanya karena ALLAH..

Berkawan karena ALLAH..

Belajar karena ALLAH..

Bercakap Perkara yang BAIK..

Melihat perkara yang HALAL

Mendengar hal yang MULIA

Menganggap Semua manusia adalah SAUDARA..

Mencintai saudara seperti mencintai dirinya..

Sentiasa bersyukur..

Sentiasa Bermunajat..

membasahkan lidah denagn ZIKRULLAH..

Melihat hakikat kejadian ALAM

dengan MATA HATI..

Dan.. Mementingkan AKHIRAT..

Berbanding DUNIA..

KESOMBONGAN

kesombongan itu adalah menolak kebenaran

kesombongan itu adalah merasa lebih dari yang lain

kesombongan adalah jubah Tuhan tak pantas manusia memilikinya


kesombongan iblis membuat mereka diusir dari surga

kesombongan fir'aun membuatnya dibinasakan

kesombongan kaum Nuh membuat mereka ditenggelamkan

kesombongan qarun membuatnya terkubur bersama semua hartanya

Lalu balasan apa yang tepat untuk kesombongan kita???

sombongnya diri kita terkadang lupa Pada - Nya

sombongnya diri kita masih setengah -setengah menerapkan syariat islam

sombongya diri kita masih enggan menggunakan Al-Qur'an dan sunah sebagai pedoman kehidupan
sombongnya diri kita seolah sudah menjadi paling baik disisi-Nya


Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

semua yang ada dibumi itu akan binasa (TQS. Ar-rahman : 25-26)


Ya Allah jangan kau biarkan sifat sombong masuk kedalam jiwa kami, sehingga kami menjadi manusia yang sulit menerima kebenaran dan enggan tuk bersyukur.


Ya Allah jauhkan kami dr sifat kesombongan shg kami tidak menolak hukum & syariat Mu srt tdk menganggap hukum buatan manusia lbh adil & bijaksana drpd hukum2 Mu.
Amiin.

Luasnya Ampunan ALLAH

Hadits Arba’in Imam An Nawawi:

Hadits Keempatpuluh Dua

(Luasnya Ampunan Allah)



عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

[رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]



Artinya :
Dari Anas r.a dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdo’a kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan Aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku (syirik) sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan”.

(Hadits Riwayat Turmuzi )



TAUBAT dan ISTIGHFAR

A. Ayat-ayat tentang taubat :


"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaul batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kama berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Az-Zumar: 53),

"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "(An-Nisa': 110).

"Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan. "(AsySyuura: 25).


"Orang-orang yang mengevjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman, sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "(Al-A'raaf: 153),


"Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. "(An- Nuur: 31).


"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Al-lah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (A1-Maa'idah: 74).


"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (At- Taubah: 104).


"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kama ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (At-Tahriim: 8).

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar. (Thaaha: 82).

'Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?

Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu Balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orangyang beramal. "(Ali Imraan: 135-136).


Firman Allah Ta 'ala:'Mereka ingatAllah, maksudnya mereka ingat keagungan Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala dan siksa-Nya sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain daripada Allah.


Dan firman Allah Ta'ala:"Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu." Yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu dilarang dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.


"Tidaklah (dianggap) melanjutkan (peubuatan keji) orang yang memohon ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali. " (HR. Abu Ya'la Al-Maushuli, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Bazzaar dalam Musnadnya, Ibnu Katsiir mengatakan, ia hadits hasan; TafsiY Ibnu Katsir, 1/408).


B. Hadits-hadits tentang taubat :

Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Allah berfirman :
"Allah Ta'ala berfirman:"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memohon dan mengharap kepadaku, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh bumi dan kamu menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi (pula). " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan),

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka. " (HR. Abu Daud) (Lihat kitab Lathaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178 )

Imam Al-Auza'i ditanya: "Bagaimana cara beristighfar? Beliau menjawab: "Hendaknya mengatakan : "Astaghfirullah, astaghfirullah. " Artinya, aku memohon ampunan kepada Allah.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (nyawanya) belum sampai di kerongkongan. " (HR· At-Tirmidzi, dan ia menghasan-kannya).

Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak menjemputnya sehingga ia tak lagi memiliki kesempatan, lalu baru menyesal, meratapi atas kelengahannya. Dan sungguh, tak seorang pun meninggal kecuali ia menyesal. Jika dia orang baik, maka ia menyesal mengapa dia tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika ia orang jahat maka ia menyesal mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalkam bersabda:

"Barangssapa bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, niscaya Allah menerima taubatnya. " (HR.Muslim)

Sebab jika matahari telah terbit dari Barat maka ,pintu taubat serta merta ditutup.

Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika dia hendak meninggal dunia. Allah berfirman :

"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengeriakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajar kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang .' (An- Nisaa': 18)


Abu Musa radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :

"Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar beutaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan Tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari Barat (Kiamat). "(HR. Muslim)

Demikianlah keadaan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya, baik yang lain maupun yang akan datang. Tetapi Rasul shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba yang pandai bersyukur, pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan Allah kepada beliau.