“…..Saya ingin mengakhiri dengan suatu cerita. Dulu pernah ada sebuah peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban itu mampu menghasilkan sebuah negara super yang membentang dari samudera ke samudera, dari daerah sub-tropik hingga darerah tropic dan gurun. Dalam wilayah kekuasaannya, tinggal ratusan juta warganya, yang terdiri dari berbagai kepercayaan dan bangsa. Salah satu dari sekian banyak bahasanya menjadi bahasa universal dan menjadi jembatan penghubung antar warganya yang tinggal di berbagai negeri. Tentaranya tersusun dari orang-orang yang berlainan kebangsaannya. Kekuatan militernya mampu memberikan kedamaian dan kesejahteraan yang belum pernah ada sebelumnya. Jangkauan armada perdagangannya membentang dari Amerika latin sampai ke Cina, serta daerah-daerah yang berada diantara keduanya.
Kemajuan peradaban ini sangat ditentukan oleh berbagai penemuan yang diraih oleh para pakarnya. Para arsiteknya mampu mendesain bangunan yang melawan hukum gravitasi. Para pakar matematikanya menciptakan aljabar, juga logaritma yang menjadi landasan pengembangan teknologi komputer dan penyusunan bahasa komputer. Para dokternya mempelajari tubuh manusia hingga mampu menemukan berbagai obat untuk menyembuhkan beraneka ragam penyakit. Para pakar astronominya mengamati langit, memberikan nama untuk bintang-bintang, serta merintis teori seputar perjalanan dan penelitian ruang angkasa. Para penulisnya menghasilkan ribuan kisah, Diantaranya kisah tentang keberanian, cinta kasih dan ilmu sihir. Para penyairnya menulis berbagai karya sastra bertemakan cinta, sementara penyair-penyair sebelum mereka terlalu takut untuk memikirkan hal-hal seperti itu.
Ketika bangsa-bangsa lain khawatir terhadap munculnya berbagai pemikiran, peradaban ini justru memacu kemunculan beraneka ragam ide dan gagasan. Ketika pemberangusan seringkali mengancam keberadaan ilmu pengetahuan, peradaban ini justru melindungi, mempertahankan, serta menyampaikannya kepada umat-umat lain. Peradaban barat modern mendapatkan banyak manfaat dari kemajuan ini. Peradaban yang saya maksud adalah dunia Islam dari tahun 800 M sampai dengan 1600 M, termasuk didalamnya wilayah Negara Khilafah Utsmaniyah, Baghdad, Damaskus, dan Kairo, demikian pula masa-masa para pemimpin yang cemerlang , seperti Khalifah Sulaiman yang perkasa.
Meskipun kita sering tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban lain, namun tidak bisa disangkal bahwa karya-karya besar peradaban Islam merupakan bagian penting dari warisan kita. Teknologi industri tidak akan eksis tanpa kontribusi pakar-pakar matematika Islam, demikian pula penyair sekaligus filsuf, Jalaluddin Rumi, memperkenalkan kepada kita konsep diri dan kebenaran. Sementara para pemimpin seperti Khalifah Sulaiman mengajarkan kepada kita toleransi dan kepemimpinan public. Mungkin pula kita dapat mengambil pelajaran dari beliau tentang kepemimpinan yang berlandaskan pada meritokrasi bukan pewarisan. Yakni kepemimpinan yang memanfaatkan segala kemampuan rakyat- baik yang beragama Kristen, Islam maupun Yahudi. Model kepemimpinan yang cemerlang inilah – yaitu kepemimpinan yang memelihara, mengayomi, penuh keragaman, dan penuh keberanian – yang mampu menghasilkan berbagai penemuan dan menciptakan kesejahteraan selama 800 tahun….”
Carly Fiorina,
CEO Hewlett-Packard,
26 September 2001
(Diambil dari buku science and islam)
No comments:
Post a Comment