Pertumbuhan jumlah penduduk Muslim sangat mengkhawatirkan Barat karena berpotensi menghancurkan peradaban mereka.
Majalah National Geographic edisi Januari 2011 mengangkat isu jumlah penduduk dunia di akhir tahun 2011 akan mencapai 7 milyar jiwa. Harian Kompas (10/1) juga mengangkat soal ledakan penduduk Indonesia. Kedua isu itu berupaya menggugah masyarakat tentang ancaman ledakan jumlah penduduk.
Ledakan penduduk atau over populasi sebenarnya sebuah isu lama, lebih dari 60 tahun para pengambil kebijakan Barat, akademisi dan intelektual membangun sebuah konsensus bahwa dunia tengah menghadapi sebuah persoalan besar, yakni "over populasi". Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah menjadikan tanggal 11 Juli sebagai Hari Populasi Dunia, yang wajib diperingati khususnya di negara-negara dunia ketiga di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
Jumlah .penduduk dunia tumbuh begitu cepat. Dahulu, untuk bertambah 1 milyar jiwa, dunia butuh 130 tahun (1800-1930). Kini, dalarn 13 tahun, penduduk bertambah 1 milyar jiwa—dari 5 milyar jiwa tahun 1987 menjadi 6 milyar jiwa tahun 2000. Menurut lembaga kependudukan PBB (UNFPA), saat ini jumlah penduduk dunia mendekati 7 milyar jiwa hanya dalam l0 tahun.
Para ahli demografi dan ahli lingkungan sering menggunakan istilah ecological suicide (bunuh diri ekologi) untuk mengaitkan masalah penduduk dengan lingkungan. Jumlah penduduk yang tidak terkendali akan berdampak buruk pada kualitas lingkungan.
Penasihat Khusus Sekjen PBB Jeffrey Sachs mengungkapkan, pertumbuhan penduduk tinggi akan menghancurkan ekologi dan menghambat peningkatan pendapatan. Di satu sisi, jumlah anak yang banyak akan menurunkan kemampuan investasi sumber daya manusia (SDM) dalam keluarga. Akibatnya, tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat akan rendah. Dengan kata lain jumlah penduduk besar dengan SDM makin rendah akan kian menghancurkan kualitas sumber daya alam.
Sebaliknya tidak terlalu banyak jurnal akademik yang memberikan dukungan terhadap populasi yang tinggi, meski sekadar mengatakan bahwa pertumbuhan populasi adalah anugerah bagi perekonomian dan kekuatan suatu negara. Lihatlah apa yang terjadi di Cina, India dan Brazil, menunjukkan bahwa populasi besar yang dimanfaatkan dengan tepat, diiringi dengan dukungan teknologi dan prasarana lainnya dapat menghasilkan sebuah perekonomian yang besar, pasar domestik besar artinya kemudahan mencapai Skala ekonomis produksi dan pada gilirannya sangat bermanfaat bagi dunia bisnis. Selain itu populasi yang besar sangat berguna untuk meningkatkan potensi dan posisi negara dihadapan negara-negara lainnya.
Ketakutan Barat
Pengendalian populasi yang sudah berpuluh tahun diserukan dan diimplementasikan di seluruh dunia, ternyata menimbulkan persoalan besar bagi dunia Barat, tempat di mana ide bencana over populasi dunia dilontarkan pertama kali. Peradaban Barat terancam mengalami kepunahan, mengingat banyak negara Eropa yang mengalami persoalan akibat angka pertumbuhan penduduk negatif.
Matt Rosenberg (2010) berdasarkan data dari Population Reference Bureau mengatakan bahwa saat ini ada 20 negara di dunia yang mempunyai angka pertumbuhan populasi nol bahkan negatif dan hampir semua berasal dari negara belahan Barat terutama Uni Eropa. jika angka imigrasi dimasukkan dalam tree populasi di Eropa, maka pada kurun 2006 — 2050, ternyata hanya satu negara yakni Austria yang masih memiliki pertumbuhan populasi positif sedangkan negara-negara lainnya diperkirakan tetap negatif.
Padahal untuk mempertahankan suatu peradaban dalam kurun waktu 25 tahun atau lebih maka peradaban tersebut harus memiliki angka kelahiran 2,11 persen. Sejarah menunjukan bahwa tidak ada peradaban yang mampu memperbaharui dirinya jika hanya memiliki angka kelahiran 1,9 persen, sementara jika angka kelahiran cuma 1,3 persen maka mustahil baginya untuk mengembalikan kepada keadaan semula, karena membutuhkan waktu 80-100 tahun untuk memperbaharui diri sementara tidak ada satupun model ekonomi dan politik (kecuali sistem ekonomi dan politik Islam--red) yang mampu menopang suatu peradaban dalam kurun waktu yang panjang tersebut.
Semakin menyusutnya populasi menyebabkan menyusut pula peradabannya. Pada tahun 2007, angka kelahiran di Prancis 1,8 persen, Inggris 1,6 persen, Yunani 1,3 persen, Jerman 1,3 persen, Italia 1,2 persen, sedangkan Spanyol hanya 1,1 persen. Dari keseluruhan 31 negara Uni Eropa, rata-rata angka kelahiran pada tahun 2007 hanya 1,38 persen. Sampai saat ini populasi Eropa belum menyusut karena kehadiran imigran, sebagian besar imigran tersebut adalah Muslim. Tak ayal situasi tersebut memunculkan kegelisahan dalam diri masyarakat Eropa karena dalam waktu yang tidak terlalu lama wajah Eropa berubah dan tidak akan sama lagi dengan Eropa saat ini.
Yang menarik adalah pertumbuhan populasi di Eropa sejak tahun 1990, 90 persen di antaranya berasal dari kaum imigran Muslim. Sebagai contoh, jumlah rata-rata anak setiap keluarga di Prancis adalah 1,8, sementara dalam keluarga imigran Muslim di Perancis jumlah rata-rata anak adalah 8,1. Daerah Perancis Selatan selama ini dikenal sebagai kawasan yang paling banyak gerejanya, tetapi kini jumlah masjid di kawasan tersebut lebih banyak daripada jumlah gerejanya. Anak mudanya yang berusia dibawah 20 tahun, 30 persennya adalah Muslim.
Populasi Muslim di Inggris pun meningkat 30 kali lipat dalam kurun waktu 30 tahun, di Belanda 50 persen bayi yang lahir adalah anak-anak kaum Muslimin, di Rusia 1 dari 5 populasi adalah Muslim. Pemerintah Belgia menyatakan bahwa 1 dari 3 kelahiran di sana berasal dari keluarga Muslim. Pemerintah Jerman pun menyatakan bahwa kejatuhan populasi Jerman tidak dapat lagi dihentikan dan akibatnya Jerman akan menjadi negara berpenduduk mayoritas Muslim pada tahun 2050.
Situasi inilah yang menakutkan Barat sehingga mereka berupaya keras meningkatkan dan mendorong bangsa Eropa untuk membentuk keluarga dengan banyak anak.
Sementara di negeri-negeri Muslim atas arahan mereka pula justru dikampanyekan pembatasan kelahiran bahkan didukung oleh penguasa Muslim dengan kebijakan pemerintah seperti program Keluarga Berencana yang tujuannya untuk menurunkan angka kelahiran penduduk negeri Muslim.
Populasi Dunia Islam
Dunia Muslim mendapatkan anugerah berupa kenikmatan yang sempurna dari Allah SWT dan salah satu kenikmatan itu adalah jumlah populasi kaum Muslim yang sangat besar yang
bisa menjadi potensi bagi negara Khilafah Islamiyah untuk menjadi negara nomor satu di beberapa tahun mendatang.
Sebuah penelitian yang menyeluruh di 200 negara menunjukkan bahwa terdapat 1,57 milyar umat Islam dalam berbagai rentang usia, atau sekitar 23 persen dari populasi dunia tahun 2009 yakni 6,8 milyar jiwa. Dua pertiga populasi Muslim tinggal di 10 negara (lihat table 1).
Adapun wilayah dengan populasi Muslim terbesar yakni mencapai 60 persen dari populasi Muslim adalah Asia dan sementara Muslim yang tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara hanya 20 persen. Lebih dari 300 juta Muslim tinggal di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. Namun demikian minoritas Muslim di negara tersebut jumlahnya bisa sangat besar. India merupakan wilayah dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia. Cina juga memiliki populasi Muslim yang besar bahkan lebih banyak daripada populasi Muslim Suriah. Sementara itu Rusia menjadi tempat tinggal bagi Muslim dalarn jumlah yang lebih banyak daripada Yordania dan Libya jadi satu.
Sejatinya, besar kecilnya populasi telah dan akan selamanya menjadi salah satu di antara faktor-faktor krusial yang dibutuhkan sebuah negara untuk menunjukkan pengaruhnya terhadap perekonomian dan geopolitik global. Terlebih lagi bagi khilafah yang akan menjadi negara global terkemuka di dunia, populasi Muslim yang besar akan menjadikan khilafah memiliki jumlah penganut yang besar atas ideologi Islam. Penganut inilah yang akan mengikuti, mempraktikan, mengimplementasikan, dan menyebarluaskan sistem ideologinya.
No comments:
Post a Comment