Assalamu'alaykum ^_^

Teruntuk Siapapun Yang Merindukan Kemuliaan & Kebangkitan ISLAM

Assalamu'alaykum Warahmatullah..

Selamat Datang
Semoga Bermanfaat

3/31/11

Islam Yang Terasingkan


Ketika ada seorang muslimah yang mengenakan jilbab dengan baik dan benar, sesuai tuntunan syariat Islam, banyak orang merasa heran. Bahkan ada sebagian besar yang menganggapnya aneh. Sebab, di tengah maraknya busana wanita yang mengeksploitasi keindahan tubuh wanita, muslimah yang mengenakan jilbab dengan sempurna tentunya adalah fenomena keanehan. Sebuah keterasingan.

Begitu pula ketika seorang Muslim yang mempertahankan keislamannya di tengah berserakannya ide sekularisme di jual di pasar bebas kehidupan. Ia tetap berpegang teguh meski harus menelan cemoohan dan sindiran begitu banyak orang: “Jangan sok suci!” “Jangan sok alim!”, begitu kira-kira umpatan banyak orang kepadanya ketika ia tidak mau berbuat maksiat. Ya, ternyata berpegang teguh kepada ajaran Islam dalam kondisi seperti saat ini, di tengah kehidupan sekularisme, menjadi sangat terasing dan dianggap aneh.

Tapi jangan khawatir, selama yang kita pegang adalah kebenaran Islam, tak perlu minder apalagi patah semangat. Justru menjadi orang-orang yang dianggap aneh atau terasing dalam komunitas yang menurut ajaran Islam justru dianggap komunitas yang aneh adalah sebuah kenik-matan tersendiri. Bahkan Rasulullah saw. memuji orang-orang yang terasing dalam kehidupan yang rusak. Rasulullah saw. bersabda: “Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” (HR Muslim no. 145)

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. memberikan kabar gembira kepada kaum Muslimin yang senantisa bersabar dalam menghadapi godaan dan rayuan kehidupan yang akan memaling-kan dirinya dari Islam. Sabda beliau: “Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan semisal amalan itu. Ada yang berkata,’Hai Rasululah, apakah itu pahala lima puluh di antara mereka?” Rasululah saw. menjawab,”Bahkan lima puluh orang di antara kalian (para shahabat).” (HR. Abu Dawud, dengan sanad hasan)

Subhanallah. Rasulullah saw. memberikan penghargaan yang luar biasa kepada kita yang bisa bertahan dalam kondisi yang rusak ini. Tidak tergoda untuk ikut larut dalam kehidupan yang rusak dan bejat. Tapi sebaliknya bertahan dengan memeluk ajaran Islam sepenuh hati dan sekuat tenaga. Tak akan melepaskannya selama hayat masih dikandung badan. Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa menjaga diri dan berusaha untuk tetap istiqomah dalam kebenaran bersama Islam. Meski taruhannya adalah dianggap aneh atau bahkan diasingkan. Bukan hanya kita, tapi juga ajaran Islam yang kita peluk erat dianggap asing. Bersabarlah!

Iman harus tetap hidup

Ketika cahaya iman tetap menyala dalam hati dan pikiran kita, insya Allah kita tak akan pernah berada dalam kegelapan. Iman akan hidup dan memberikan tenaga bagi kita untuk memandu ke jalan yang benar. Kita tak akan pernah terpengaruh dengan kerusakan yang melingkari kehidupan kita.
Ibarat ikan yang hidup di air laut yang penuh dengan garam. Air laut yang asin itu, selama ikan masih hidup bisa bergerak ke sana kemari, asinnya air laut tak akan mampu meresap ke dalam tubuhnya. Tapi begitu ikan mati, maka air laut yang asin itu akan dengan mudah menyusup ke dalam tubuhnya. Sehingga tubuh ikan itu menjadi asin.
Seorang Muslim yang keimanannya tetap hidup dalam dirinya, insya Allah tak akan mudah larut dalam kehidupan yang rusak. Dan, harus dipahami bahwa keimanan itu harus kita pelihara terus. Bagaimana cara memelihara agar iman tetap hidup?

“Iman itu kadang bertambah dan kadang berkurang,” begitu sabda Rasulullah saw. Itu memang benar. Tapi Rasulullah saw. melanjutkan dalam hadis tersebut adalah, “iman bertambah dengan taat, dan iman bekurang dengan maksiat.”
Ya, ketika kita berbuat maksiat, maka tentu saja keimanan kita telah turun atau berkurang. Cepatnya pengurangan tergantung jenis kemaksiatan dan banyaknya kemaksiatan yang kita lakukan. Begitu pula bertambahnya keimanan akibat kita taat. Seberapa cepat bertambahnya? Itu bergantung jenis dan banyaknya ketaatan yang kita lakukan.
Itu sebabnya, nyalakan terus cahaya keimanan dalam hidup kita. Bagaimana agar cahaya keimanan tetap menyala? Para sahabat, generasi awal kaum Muslimin yang berhasil dididik Rasulullah saw. mengaitkan aktivitas berpikir dengan keimanan. Mereka menjelaskan bahwa, “Cahaya dan sinar iman adalah banyak berpikir” (Kitab ad-Durrul Mantsur, Jilid II, hlm. 409)

Jadi, agar cahaya iman kita tetap menyala dalam kehidupan kita, banyaklah berpikir. Berpikir adalah proses terakhir setelah kita tahu dan belajar. Sebab, jika kita hanya tahu saja tentang Islam, tapi belum menyempatkan diri untuk belajar, maka besar kemungkinan kita tak akan pernah bisa mencapai derajat berpikir. Jadi, biasakan kita melalui proses KLT (Knowing, Learning, and Thinking: tahu, belajar, dan berpikir).

Jika kita tahu bahwa Islam mengajarkan kebaikan, maka kita akan belajar tentang kebaikan itu, dan berusaha untuk memikirkan bagaimana menyampaikan kebaikan itu kepada orang lain. Inilah yang insya Allah akan menjadikan cahaya iman tetap menyala bagi kita. Kita bukan hanya berusaha menyelamatkan diri sendiri, tapi berupaya juga menyelamatkan orang lain agar bisa menerima cahaya iman. Sehingga akan banyak orang yang berbuat untuk memelihara keimanan ini agar tetap hidup dalam diri mereka. Kita semua sebagai kaum Muslimin.

Penyebab Islam terasingkan

Ada dua faktor yang bisa dianggap sebagai penyebab Islam menjadi terasing.
Pertama, dari faktor internal.
Kedua, dari faktor eksternal.
Apa saja faktor internal yang menyebabkan Islam terasingkan?

Pertama, kaum Muslimin yang malas belajar. Ini akan menyebabkan kaum Muslimin tidak mengenal dan memahami, serta mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar.

Kedua, tidak terjalin ukhuwah dengan benar dengan kaum Muslimin. Kaum Muslimin tidak bersatu. Padahal bersaudara itu adalah sebuah kenikmatan dari Allah Swt. Jika kita bersama dan bersatu, insya Allah kita akan terlihat sebagai kekuatan yang besar. Firman Allah Ta’ala:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ 
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 103)

Ketiga, sedikit atau bahkan hilangnya aktivitas dakwah. Ini akan menjadi faktor pelemah kekuatan Islam karena Islam tidak tersebar dan tidak diketahui banyak oleh kaum Muslimin (dan juga nonMuslim).

Keempat, berhentinya proses ijtihad. Ini menjadi bencana kaum Muslimin karena banyak masalah baru tidak bisa terpecahkan dengan benar dan baik.

Kelima, hancurnya Daulah Khilafah Islamiyyah, yakni tanggal 3 Maret 1924 yang kala itu berpusat di Istambul Turki, sehingga tak ada pelindung bagi kaum Muslimin. Akibatnya kaum Muslimin hidup dalam ketidakpastian dan ketidakjelasan.

Adapun faktor eksternal penyebab Islam menjadi terasing adalah upaya musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam melalui perang pemikiran dan budaya. Sehingga kaum Muslimin menjadi gamang dalam hidup bahkan sebagian besar merasa minder menyandang predikat Muslim. Mereka takut terasing dan akhirnya larut bersama kehidupan yang rusak.
Itu sebabnya, mari kita bekerjasama untuk segera bangkit dari kondisi ini. Harus segera sadar, tahu, dan mau mengamalkan dan memperjuangkan Islam. Agar Islam tidak asing dan kaum Muslimin tidak merasa terasingkan. Kobarkan semangat dan tetap istiqomah bersama Islam!

Berbahagialah orang yang terasing itu

Asing, aneh, tidak biasa, dan sejumlah kata sejenis terkadang mampir pada diri seorang Muslim yang taat saat ini. Betapa tidak, ketika kondisi yang kian jauh dari Islam mereka terus berusaha untuk selalu sesuai dengan Islam. Ia berbicara tentang Islam. Ia berbuat dengan standar Islam. Ia menilai dengan tolok ukur Islam; halal dan haram. Ia pun berjuang untuk tegaknya Islam. Mereka melakukan yang tidak biasa dilakukan oleh orang kebanyakan. Para Muslimahnya menutup aurat mereka dengan kerudung dan jilbab, menghindari tabarruj (bersolek) serta meninggalkan ikhtilat (campur baur) dan khalwat (berdua-duaan tanpa muhrim). Sedangkan, pada saat yang sama para wanita kebanyakan membuka aurat mereka, bersolek dengan sedimikian rupa, campur baur dalam pergaulannya, serta mudah sekali berdua-duaan ketika berjalan (khalwat). Maka tidak mengherankan apabila mereka (para Muslimah) itu terasa aneh bagi orang kebanyakan.

Tidak cukup sampai di sini. Mereka yang berusaha untuk menegakkan Islam pun mendapat imbasnya. Mereka yang berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam, menegakkan Syariah Islam, melakukan perbaikan kehidupan manusia serta mengajak manusia kepada Islam, juga diberi cap aneh, tidak rasional, ngawur, dan sederet kata-kata semisal lainnya. Hal itu karena apa yang mereka lakukan tidak biasa dari apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan.

Mengapa bisa demikian? Ya, karena apa yang mereka lakukan tidak biasa dilakukan oleh orang kebanyakan. Mereka telah menjadi orang yang asing. Namun, berbahagialah mereka karena mereka telah menjadi orang yang terasing. Karena Rasulullah saw pernah bersabda:

“Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut.” (HR. Muslim)

Ibnu al Atsir dlm ktbnya al Nihayah jl III / 348 menjelaskan ttg hadist ini bahwa:
"... Pada awalnya bagaikan seseorang yg asing, krn tdk ada penganutnya, pada saat itu org yg masuk Islam sgt sedikit jumlahnya, Islam akan kembali mnjd asing seperti semula, yakni kaum muslim (yg 'benar2' muslim) sedikit sekali jumlahnya diakhir zaman, sehingga mereka bagaikan org2 yg terasing." Sedangkan sabda Rosulullah SAW, "Berbahagialah org2 yg terasing." maksudnya adlh Surga adlh balasan (janji Allah SWT) bagi org2 muslim yg ada diawal2 Islam & dimasa2 akhir Islam. Khususnya krn kesabaran mereka atas siksaan org2 kafir, baik dimasa awal maupun akhir Islam. Dan juga krn keteguhan mereka dlm berpegang teguh pd dinullah serta berjuang untuk agama-Nya."

Siapa saja orang-orang yang terasing itu? 

Orang yang terasing ternyata bukan sembarang orang. Orang yang terasing ini ternyata bukan sekedar “beda” dari yang lain. Orang terasing ternyata memiliki cirri-ciri yang khas.

Senantiasa Melakukan Perbaikan ketika Manusia Sudah Rusak Orang-orang terasing yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas adalah orang-orang yang senantiasa melakukan perbaikan. Mereka berusaha untuk mengubah kondisi yang jauh dari Islam menjadi islami. Memperbaiki kondisi kehidupan manusia rusak, jauh dari Islam. Mereka memperbaiki amal-amal manusia yang menyalahi syariah Islam. Mereka berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam di tengah-tengah mereka.

Diriwayatkan oleh Umar bin Auf bin Zaid bin Milhah al-Mazani ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Sesungguhnya agama (ini) akan terhimpun dan berkumpul menuju Hijaz layaknya terhimpun dan terkumpulnya ular menuju liangnya, dan sungguh (demi Allah) agama (ini) akan ditahan (untuk pergi) dari Hijaz sebagaimana (ditahannya) panji (yang merupakan tempat Mungkinkah kita orang-orang yang terasing itu? Semoga! kembali di mana kaum Muslim kembali padanya ) dari puncak gunung. Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. Yaitu orang-orang yang memperbaiki sunahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku."


Dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda:

Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak.” (HR. ath-Thabrâni).

Jumlah Mereka Sedikit

Dengan apa yang mereka lakukan telah menjadikan mereka terasing dari yang lain. Karena kebanyakan manusia bermaksiyat, jauh dari Islam, maka mereka menjadi orang-orang yang sedikit diantara kebanyakn manusia. Bahkan, kebanyakan dari manusia menentang apa yang mereka perjuangkan.

Ahmad dan ath-Thabrâni dari Abdullah bin Amru, ia berkata; “Pada suatu hari saat matahari terbit aku berada di dekat Rasulullah saw., lalu beliau bersabda: Akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka bagaikan cahaya matahari. Abû Bakar berkata, “Apakah mereka itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Bukan, dan khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul dari seluruh pelosok bumi.” Kemudian beliau bersabda, “Kebahagian bagi orang-orang yang terasing, kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah orang-orang yang terasing itu?” Beliau saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan manusia yang buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada yang menaatinya.”

Mereka adalah Kaum yang Beraneka Ragam

Orang-orang yang terasing ternyata bukan dari satu kabilah, bangsa atau negeri saja. Mereka terdiri dari ragam bangsa, kabilah dan negeri. Mereka berkumpul dalam sati visi, satu perjuangan. Mengembalikan sunnah Rasulullah saw yang saat itu banyak ditinggalkan atau dikotorkan dengan amal yang sebenarnya bukan sunnah Rasulullah. Mereka berbeda suku, bangsa, negeri; namun mereka memiliki satu perasaan, satu pemikiran dan satu aturan yaitu Islam yang mulia. Oleh karenanya mereka dimuliakan oleh Allah Swt. Tentu kemuliaan mereka berbeda dengan kemuliaan para Nabi, syuhada dan para sahabat. Orang-orang terasing tentu tidak jauh lebih mulia dari para Nabi, syuhada dan para sahabat. Orang-orang terasing ini memiliki posisi tertentu di hadapan Allah Swt.

Sesunggunya Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan para Nabi dan syuhada. Para Nabi dan syuhada pun berharap pada mereka di hari kiamat karena kedekatan mereka dengan Allah dan kedudukan mereka di sisi Allah. Kemudian seorang Arab Badui (yang ada di tempat nabi berbicara) duduk berlutut, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan uraikanlah keadaan mereka pada kami!” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah, saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbarmimbar dari cahaya bagi mereka di hari kiamat. Orang-orang merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan mereka tidak bersedih.” (HR. Hakim)

Mereka Saling Mencintai karena “ruh” Allah

Orang-orang yang terasing memiliki sifat saling mencintai karena Allah, saling mencintai karena “ruh” Allah. Mereka saling mencintai karena syariat Nabi Muhammad. Mereka diikat dengan ikatan mabda (ideologi) Islam. Ideologi Islam menjadi ruh diantara mereka, pengikat kebersamaan mereka, pengikat perasaan dan pemikiran mereka, pengikat aturan diantara mereka. Mereka diikat dengan aqidah yang sama, bukan dengan ikatan keturunan, bangsa, manfaat atau dunia.

Umar bin al-Khathab ra., ia berkata; Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia. Mereka bukan para nabi dan juga bukan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada pun berharap pada mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Swt. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu?” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan “ruh” Allah, padahal mereka tidak memiliki hubungan rahim dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama-sama. Demi Allah, wajah mereka adalah cahaya. Mereka ada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia takut. Mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak mempunyai rasa takut (oleh selain Allah) dan tidak bersedih”. (HR. Abû Dawud)

Mereka memperoleh kedudukan itu tanpa menjadi syuhada

Orang-orang terasing karena keshalihan dan perjuangannya benar-benar mendapatkan kedudukan mulia di hadapan Allah Swt. Dalam hadits di atas disampaikan bahwa mereka memiliki kedudukan mulia tersebut tanpa menjadi syuhada. Mengapa? Karena para Nabi dan syuhada pun tergiur oleh mereka. Hal ini bukan berarti mereka lebih mulia dan utama dari para Nabi dan syuhada. Tidak sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan itu hanyalah semata-mata menunjukkan keistimewaan mereka. Kedudukan yang Allah muliakan di akhirat kelak.

Sungguh, orang-orang terasing berbahagia dengan sifat-sifat di atas. Apakah kita termasuk orang-orang yang terasing itu? Apakah kita termasuk orang-orang yang berbahagia itu? Tentu ketika kita dapat memiliki sifat-sifat di atas, Allah akan menjadikan kita mulia seperti orang-orang terasing dalam hadits Rasulullah Saw, atau bahkan boleh jadi kitalah orang-orang terasing itu. Semoga.

*Sumber: dari berbagai sumber, Wallahu 'alam bishawwab*

No comments:

Post a Comment