Assalamu'alaykum ^_^

Teruntuk Siapapun Yang Merindukan Kemuliaan & Kebangkitan ISLAM

Assalamu'alaykum Warahmatullah..

Selamat Datang
Semoga Bermanfaat

11/14/11

Ketaatan dan Pengorbanan (Refleksi Idul Adha 1432 H)


IDUL ADHA sangat erat kaitannya dengan dua hal: ketaatan dan pengorbanan. Ketaatan dalam konteks senantiasa menanti semua perintah Allah SWT, meskipun untuk itu kita mesti mengorbankan sesuatu yang paling kita cintai. Dan juga tentang Pengorbanan dalam artian sikap mengorbankan apa saja yang kita miliki dan cintai sebagai bukti ketaatan kita kepada Allah SWT.

Ada beberapa kisah inspiratif terkait ketaatan total dan pengorbanan sepenuhnya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Salah satu kisah paling menarik adalah kisah ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As. Cerita tentang kepatuhan totalitas seorang hamba kepada Tuhannya.

Sewaktu Ismail mencapai usia remajanya, Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan Ujian Maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan, seorang putera yang telah mencapai usia dimana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah, seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyambung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.

Namun, ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam ketaatan kepada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah diatas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan sangat bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah..."

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.

Barangkali ada diantara kita yang mengangggap kisah di atas memang luar biasa tapi tetap saja berat untuk ditiru dikarenakan lakon kisah tersebut adalah seorang nabi. realitanya tidak murni demikian. Mungkin iya berat bagi kita untuk meniru mentalitas Nabi Ibrahim As yang dengan teguh menjalankan perintah Tuhannya, akan tetapi sangat besar peluang bagi kita untuk meniru dan mencontoh mentalitas Ismail muda, yang ketika itu belum diangkat menjadi nabi, dalam hal ketaatan kepada perintah Allah Swt.

***

Idealnya Pemandangan dan kisah seperti diatas bukan sekedar kasus, melainkan harusnya merupakan karakter umat Islam. Kita Ambil contoh tentang ketaatan para para wanita muslimah zaman Rosul Saw yang bersegera dalam melaksanakan perintah alloh swt. suatu waktu, Ibunda 'Aisyah ra. menuturkan keutamaan wanita muslimah, serta kualitas keimanannya pada wahyu yang diturunkan. Beliau menceritakan bahwa setelah turun surat an-Nur ayat 31 tentang jilbab: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya …”. Pada saat yang sama, para suami segera menyampaikan ayat tersebut kepada para istrinya, anak-anak perempuannya, saudara-saudaranya perempuan, dll. Bersegeralah mereka mengambil sarung, seraya merobeknya dan menutupkannya ke seluruh tubuhnya. Ada juga yang menjadikan gordeng, bahkan taplak meja sebagai penutup badan dan kepalanya.

Ibunda 'Aisyah pun berdo'a: “Semoga Allah merahmati kaum wanita yang hijrah pertama kali, ketika Allah menurunkan firman-Nya, 'Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya …' segeralah kaum wanita itu merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala mereka dengannya” (HR. Bukhari).

Para wanita itu tidak mempertimbangkan dulu apakah maslahat atau tidak. Tidak pernah terbetik dalam benak mereka apakah dengan mengenakan kerudung (khimar) akan mengurangi kecantikannya. Tak ada keberatan dalam hatinya. Yang ada dalam dada mereka hanyalah semangat untuk segera patuh dan taat kepada Allah SWT Pencipta mereka.

***

Nabi Ibrahim telah berhasil menempatkan cintanya kepada Alloh diatas cintanya kepada anaknya. Ismail telah berhasil menempatkan cintanya kepada Alloh diatas cintanya kepada kehidupanya. Para sahabah (wanita-wanita zaman rosul) telah berhasil menempatkan cintanya kepada alloh diatas cintanya kepada Pujian dan keindahan

Lalu bagaimana tentang kita?. Memilukan. Alih-alih menunjukkan ketaatan totalitas terhadap perintah Alloh, malah sebaliknya, menunjukkan pembangkangan terhadap banyak perintah-perintah alloh.

Wahai kaum Muslim, adakah kepatuhan total terhadap syariat dalam diri kita sebagaimana Nabi Ibrahim, Ismail, dan para sahabat? Ataukah, kesenangan dunia telah menjerat kita hingga lebih takut kepada manusia dan abai kepada Pencipta manusia?

Allahu a'lam []

No comments:

Post a Comment